Putin Tuduh Ukraina Pilih Teror Pasca Serangan Krimea

Papan reklame bergambarkan Presiden Rusia Vladimir Putin di pinggir jalan dekat Simferopol, Krimea, 24 Januari 2016. Papan itu bertuliskan: "Krimea. Rusia. Selamanya." (AP/Sergei Grits)

Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Ukraina lebih memilih teror daripada perdamaian, menyusul "serangan" di Krimea yang ia katakan didalangi pasukan militer dan intelijen Ukraina.

Kepada VOA, seorang pejabat NATO mengatakan Rusia belum memberi bukti nyata atas tuduhan tersebut.

Berbicara hari Rabu di Moskow, Putin menuduh para pemimpin Ukraina memprovokasi konflik.

Putin mengatakan, "Upaya memprovokasi lonjakan kekerasan, memprovokasi konflik, tidak lain adalah keinginan untuk mengalihkan perhatian rakyat Ukraina dari pihak-pihak yang telah merebut kekuasaan di Ukraina, yang terus berkuasa dan terus mencuri dari rakyat mereka sendiri."

Putin menambahkan, Rusia akan mengambil "langkah-langkah tambahan serius" guna menjamin keamanan infrastruktur dan warga. Presiden Rusia menilai tindakan Ukraina adalah "bodoh" dan "kriminal" dan bahwa sebagai akibatnya, tidak ada gunanya mengadakan pembicaraan yang direncanakan membahas proses perdamaian di Ukraina timur.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko menolak klaim Putin, menyebutnya "sinis sekaligus gila." Ia mengatakan, "Kami tidak akan pernah menggunakan teror untuk membebaskan kembali Krimea dari pendudukan."

Poroshenko hari Rabu mengatakan Ukraina sungguh-sungguh dalam memulihkan "kedaulatan dan integritas wilayahnya secara eksklusif melalui cara-cara politik dan diplomatik. Itu termasuk membebaskan Krimea dari pendudukan."

Dinas Keamanan Federal Rusia mengatakan telah menggagalkan "serangan teroris" di Krimea yang dilakukan pasukan militer dan intelijen Ukraina sepanjang akhir pekan.

Presiden Ukraina memerintahkan pasukannya untuk siaga tempur hari Kamis di perbatasan de-facto negara itu dengan Krimea dan pemberontak separatis di Ukraina timur, sementara perang kata-kata antara Rusia dan Ukraina mengancam akan memanaskan konflik yang selama ini beku mengenai Krimea.

Presiden Poroshenko mengeluarkan perintah itu setelah Rusia menuduh negaranya mengirim “penyabot'' untuk melancarkan serangan di Krimea.

Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada Maret 2014 setelah referendum yang dinilai tergesa-gesa, memicu pertempuran antara separatis yang didukung Rusia dan pasukan pemerintah di Ukraina timur. Konflik itu sudah menewaskan lebih dari 9.500 orang dan masih berlangsung. [ka/ii]