Putra Mahkota Iran di Pengasingan: Jangan Jatuh dalam Perangkap Teheran

Bekas Putra Mahkota Iran Reza Pahlavi berbicara di National Press Club di Washington, 2009. (Reuters/Larry Downing)

Pahlavi mengatakan ia memperkirakan penguasa Islamis Iran akan menanggapi peningkatan koordinasi dengan “retorika lama dan angkuh” untuk kepentingan di dalam negeri.

Putra Mahkota Iran di pengasingan, Reza Pahlavi, menyeru Amerika Serikat dan Israel agar tidak jatuh dalam “perangkap” dengan meningkatkan permusuhan mereka dengan pemerintah Iran menjadi konflik militer.

Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengadakan pertemuan resmi mereka yang pertama di Gedung Putih hari Rabu (15/2).

Juru bicara Gedung Putih Sean Spicer hari Selasa mengatakan dua sekutu lama itu akan membahas bagaimana menanggapi apa yang mereka anggap sebagai “ancaman Iran dan antek-anteknya”.

Dalam wawancara eksklusif dengan VOA, Pahlavi mengatakan ia berharap akan melihat strategi Amerika “yang lebih harmonis dan terkoordinasi” terhadap Iran di bawah pemerintahan Trump bersama Israel dan mitra-mitra Amerika lainnya di Timur Tengah dan Eropa.

Berbicara di Washington Kamis lalu, Pahlavi mengatakan ia memperkirakan penguasa Islamis Iran akan menanggapi peningkatan koordinasi itu dengan “retorika lama dan angkuh” untuk kepentingan di dalam negeri. Tapi ia mengatakan Iran akan “sulit” untuk tidak menganggap masalah kerjasama Amerika-Israel secara serius.

Pahlavi juga memberi peringatan kepada Trump dan Netanyahu sementara mereka mempertimbangkan untuk melakukan pendekatan yang lebih keras terhadap Iran, berlawanan dengan pengurangan sanksi yang diperoleh Iran dari pendahulu Trump, Barack Obama.

Negara-negara besar dunia ikut dalam perjanjian tahun 2015 itu untuk mencegah kegiatan nuklir Iran yang bisa membuat bom dengan imbalan pelonggaran sanksi itu.

“Jika ada yang paling senang menyaksikan peninggkatan konflik, itu adalah rezim Iran karena mereka akan memanfaatkannya dengan membuat pengalihan lebih besar dari masalah-masalah mereka, dan siapa pun seharusnya tidak jatuh dalam perangkap itu,” katanya.

“Saya selalu mendukung strategi yang menghindari konfrontasi militer karena saya menganggapnya semua akan kalah dan ada banyak pilihan." [my/al]