Korea Utara belum menanggapi upaya AS untuk membahas tentara Amerika yang lari melintasi perbatasan, kata sejumlah pejabat di Washington, Rabu malam (19/7). Pernyataan mereka itu seakan menegaskan bahwa prospek pembebasan tentara itu tidak jelas, mengingat ketegangan antara Washington dan Pyongyang tinggi, sementara saluran komunikasi tidak aktif.
Prajurit Kelas 2 Travis King, yang seharusnya dalam perjalanan ke Fort Bliss, Texas, setelah menyelesaikan hukuman penjara di Korea Selatan karena aksi kekerasan yang dilakukannya, lari ke Korea Utara saat melakukan tur sipil ke desa perbatasan Panmunjom pada hari Selasa. Ia adalah orang Amerika pertama yang diketahui ditahan di Korea Utara dalam hampir lima tahun.
“Kemarin Pentagon berusaha menghubungi sejawat-sejawatnya di kalangan Tentara Rakyat Korea (Utara). Pemahaman saya adalah bahwa komunikasi tersebut belum ditanggapi,” kata Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, kepada wartawan di Washington, Rabu.
AS dan Korea Utara, yang berperang selama Perang Korea 1950-53, secara teknis masih berperang karena konflik tersebut berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai, dan tidak memiliki hubungan diplomatik. Swedia menyediakan layanan konsuler untuk orang Amerika dalam kasus-kasus sebelumnya, tetapi staf diplomatik Swedia dilaporkan belum kembali ke sana sejak Korea Utara memerintahkan orang asing untuk meninggalkan negara itu pada awal pandemi COVID-19.
Miller mengatakan Departemen Luar Negeri telah menghubungi para pejabat di Korea Selatan dan Swedia. Jeon Ha-kyu, juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, mengatakan pada hari Kamis bahwa kementeriannya berbagi informasi mengeni tentara itu dengan Komando PBB yang dipimpin Amerika di Korea Selatan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Saat ini, tidak ada dialog aktif yang diketahui antara Korea Utara dan AS atau antara Korea Utara dan Korea Selatan.
BACA JUGA: Tentara AS dalam Tahanan Korut Setelah Menyeberang Perbatasan dari KorselMotif penyeberangan King ke Korea Utara belum diketahui. Seorang saksi dalam tur yang sama mengatakan ia awalnya mengira aksi King hanya sekadar gaya-gayaan sampai ia mendengar seorang tentara Amerika yang berpatroli berteriak agar orang lain mencoba menghentikannya.
Anggota keluarga King mengatakan tentara tersebut mungkin merasa tertekan dengan masalah hukum di Korea Selatan yang dapat menyebabkan pemecatannya dari militer.
King, 23, bertugas di Korea Selatan sebagai pengintai kavaleri di Divisi Lapis Baja ke-1. Ia dibebaskan awal bulan ini dari penjara. Pada bulan Februari, pengadilan Seoul mendendanya 5 juta won ($3.950) setelah menghukumnya karena menyerang seseorang dan merusak kendaraan polisi, menurut transkrip putusan yang diperoleh Associated Press.
BACA JUGA: Tahan Tentara AS yang Lintasi Perbatasan, Korea Utara DiamPutusan itu mengatakan King juga dituduh meninju seorang pria di kelab malam di Seoul, meskipun pengadilan membatalkan tuduhan itu karena korban tidak ingin King dihukum.
Pada hari Senin, King dikawal ke bandara, tetapi pergi sebelum menaiki pesawatnya. Tidak jelas bagaimana ia menghabiskan waktu berjam-jam antara saat itu dan saat ia mengikuti tur Panmunjom pada hari Selasa. Angkatan Darat AS menyadari bahwa ia hilang ketika ia dilaporkan tidak turun dari pesawat yang membawanya ke Texas seperti yang diharapkan. [ab/uh]