Raja Arab Saudi Salman, Kamis (30/12), mendesak musuh bebuyutannya, Iran, mengakhiri "perilaku negatif" di kawasan Timur Tengah, setelah Riyadh menuduh Teheran membantu para pemberontak Yaman dalam melancarkan serangan mematikan di negaranya.
Namun, raja yang berusia 86 tahun itu tampaknya melunakkan sikap agresifnya terhadap republik Islam itu, setelah mendesak negara-negara besar dunia tahun lalu untuk mengambil sikap tegas terhadap Teheran.
Salman menyampaikan pernyataannya itu selama kurang dari empat menit kepada dewan Syura, badan penasihat pemerintah. Pernyataannya disampaikan secara online, seperti pada tahun sebelumnya. Ia membaca secara perlahan dari selembar kertas putih, dan kadang-kadang berhenti, dalam pidato yang disiarkan tiga jam setelah waktu yang dijadwalkan.
Kantor berita pemerintah Saudi Press Agency kemudian merilis pernyataan lengkap raja itu.
"Kami berharap (Iran) mengubah kebijakan dan perilaku negatifnya di kawasan, dan membuka dialog dan kerja sama," katanya, menurut pernyataan itu. "Dengan keprihatin mendalam, kami menyimak kebijakan destabilisasi rezim Iran terhadap keamanan dan keselamatan di kawasan."
Riyadh dan Teheran telah menjadi musuh bebuyutan selama puluhan tahun. Kedua negara mengambil sikap yang berlawanan dalam berbagai konflik regional, termasuk di Yaman di mana Arab Saudi memimpin koalisi militer melawan pemberontak Huthi yang didukung Iran. Kedua pihak telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan sejak April untuk meningkatkan hubungan.
Meski demikian, Raja Salman menuduh Iran "membangun dan mendukung" kelompok-kelompok sektarian dan bersenjata di kawasan Timur Tengah. "Kami juga menyimak dukungan rezim Iran terhadap kelompok teroris Houthi, yang memperpanjang perang di Yaman dan memperburuk situasi kemanusiaan di sana, serta mengancam keamanan kerajaan," ujarnya.
BACA JUGA: Iran Katakan Pembicaraan Lanjutan dengan Saudi Tergantung pada Keseriusan RiyadhYaman telah dilanda perang saudara sejak 2014. Pemerintah yang diakui secara internasional – yang didukung koalisi pimpinan Saudi -- melawan kelompok Syiah Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah utara negara itu, termasuk Ibu Kota Sanaa.
Puluhan ribu orang telah tewas dalam apa yang digambarkan PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan lebih dari 80 persen penduduk Yaman bergantung pada bantuan.
Koalisi itu pada Minggu menuduh Iran dan kelompok Hizbullah Lebanon membantu Houthi melancarkan serangan rudal dan pesawat nirawak (drone) keArab Saudi, yang menyebabkan dua orang tewas pekan lalu.
BACA JUGA: Arab Saudi Upayakan Pendekatan ‘Serius’ dalam Menangani Program Nuklir IranArab Saudi telah lama menuduh Iran memasok Houthi dengan senjata canggih sementara proksinya, Hezbullah, melatih para pemberontak. Teheran membantah tuduhan itu, sementara Hizbullah menganggapnya "konyol".
Mengenai minyak, Raja Salman mengatakan Riyadh "ingin menjaga agar kesepakatan OPEC+ tetap berjalan karena peran pentingnya dalam menstabilkan pasar minyak", dan menekankan pentingnya komitmen semua negara yang berpartisipasi dalam kesepakatan itu.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara produsen minyak yang menjadi sekutunya sepakat bulan ini untuk tetap pada rencana menaikan produksi pada Januari, meskipun ada ketidakpastian ekonomi terkait dengan varian omicron. [ab/ka]