Di New York, tempat gerakan hak-hak gay lahir, di luar Gedung Putih dan gedung Capitol di Washington, DC, dan di Los Angeles, di mana bintang pop Lady Gaga membacakan nama-nama korban penembakan di Orlando, komunitas gay dan teman-teman mereka menyalakan lilin dan berunjuk rasa saling mendukung dan bersatu dalam menghadapi kekerasan.
Dari negara bagian Vermont sampai Hawaii, warga Amerika memberi penghormatan kepada 49 orang yang tewas dalam penembakan massal di Orlando, Florida, di sebuah klub malam yang populer diantara komunitas LGBT.
Demonstrasi adalah "satu-satunya senjata yang kita punyai, karena ada orang jahat yang punya senjata, dan kita tidak akan pernah bisa menghentikannya," kata Ryan Sifferman, seorang pemuda yang membawa bendera pelangi di depan balai kota Los Angeles, tempat ribuan orang berkumpul Senin malam (13/6).
Para anggota komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender atau LBGT bergabung dengan teman-teman mereka untuk menunjukkan dukungan. Itu adalah seruan untuk menghentikan kebencian, kata John Binninger.
"Ini mengerikan. Saya benar-benar tidak tahu ke mana kita pergi," kata Binninger, tapi ia menambahkan penting bagi mereka yang berduka untuk berdiri bersama di depan umum dan berbagi emosi mereka.
Orang-orang yang kenal pembunuhnya, warga Florida bernama Omar Mateeen, 29. mengatakan, orang itu tidak stabil. Di tengah penembakan ia menyatakan kesetiaannya kepada kelompok radikal Negara Islam (ISIS).
Ada seruan untuk diambilnya tindakan politik dan sejumlah poster yang mengecam calon presiden Partai Republik Donald Trump yang menolak untuk membatasi pemilikan senjata serbu seperti yang digunakan di Orlando, dan seruannya untuk pembatasan imigrasi sebagai tanggapan atas kerasan di Florida.
Tapi suasana menjadi sedih ketika Lady Gaga dan lainnya membacakan nama-nama 49 laki-laki dan perempuan yang terbunuh. [ps/ii]