Menunjukkan kesatuan rakyat Palestina, faksi Fatah hari Jumat menggelar unjuk rasa pertama di Gaza sejak kelompok saingannya Hamas merebut kontrol atas kawasan itu tahun 2007.
YERUSALEM —
Puluhan ribu rakyat Palestina dari faksi Fatah melakukan unjuk rasa di Gaza untuk pertama kalinya sejak kelompok militan Islamis saingannya Hamas merebut kontrol kawasan itu setelah perang saudara singkat tahun 2007.
Fatah, yang lebih moderat, menguasai Tepi Barat tetapi sedang berusaha melakukan rekonsiliasi dengan Hamas setelah dialog damai dengan Israel mencapai kebuntuan.
Pemimpin Fatah dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas berpidato kepada para demonstran lewat televisi dari markas besarnya di Ramallah, Tepi Barat.
Abbas mengatakan Fatah dan Hamas harus bekerjasama untuk kesatuan karena itulah satu-satunya cara mencapai tujuan nasional dan kemenangan Palestina.
Jurubicara Hamas Sami Abu Zuhri menyambut baik unjuk rasa itu dan menyebutnya kesuksesan baik bagi Hamas maupun Fatah. Ia mengatakan atmosfir yang positif tersebut adalah langkah menuju tercapainya lagi kesatuan nasional.
Tetapi upaya rekonsiliasi itu mengkhawatirkan Israel dan dunia Barat karena Hamas menolak untuk meninggalkan kekerasan dan untuk mengakui Israel. Israel, Amerika dan Uni Eropa menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Jurubicara Israel Mark Regev mengatakan aliansi apapun antara Fatah dan Hamas akan membahayakan upaya membangkitkan lagi proses perdamaian Timur Tengah yang terbengkalai.
“Sangat penting bahwa masyarakat internasional mengirim pesan yang sangat jelas kepada Palestina bahwa jika mereka bergabung dengan ekstrimis, itu berarti pengucilan internasional yang lebih besar. Jika mereka bergabung dengan kaum moderat, maka masyarakat internasional mau bekerjasama dan mendukung mereka,” papar Regev.
Mesir telah mencoba menengahi perjanjian pembagian kekuasaan antara Fatah dan Hamas, tetapi perpecahan yang mendalam membuat hal itu sulit tercapai. Mesir berencana mengundang kedua faksi Palestina yang bersaing itu untuk kembali berunding di Kairo akhir bulan ini.
Fatah, yang lebih moderat, menguasai Tepi Barat tetapi sedang berusaha melakukan rekonsiliasi dengan Hamas setelah dialog damai dengan Israel mencapai kebuntuan.
Pemimpin Fatah dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas berpidato kepada para demonstran lewat televisi dari markas besarnya di Ramallah, Tepi Barat.
Abbas mengatakan Fatah dan Hamas harus bekerjasama untuk kesatuan karena itulah satu-satunya cara mencapai tujuan nasional dan kemenangan Palestina.
Tetapi upaya rekonsiliasi itu mengkhawatirkan Israel dan dunia Barat karena Hamas menolak untuk meninggalkan kekerasan dan untuk mengakui Israel. Israel, Amerika dan Uni Eropa menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Jurubicara Israel Mark Regev mengatakan aliansi apapun antara Fatah dan Hamas akan membahayakan upaya membangkitkan lagi proses perdamaian Timur Tengah yang terbengkalai.
“Sangat penting bahwa masyarakat internasional mengirim pesan yang sangat jelas kepada Palestina bahwa jika mereka bergabung dengan ekstrimis, itu berarti pengucilan internasional yang lebih besar. Jika mereka bergabung dengan kaum moderat, maka masyarakat internasional mau bekerjasama dan mendukung mereka,” papar Regev.
Mesir telah mencoba menengahi perjanjian pembagian kekuasaan antara Fatah dan Hamas, tetapi perpecahan yang mendalam membuat hal itu sulit tercapai. Mesir berencana mengundang kedua faksi Palestina yang bersaing itu untuk kembali berunding di Kairo akhir bulan ini.