Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuntut akses "secepatnya, tanpa hambatan" terhadap yang diduga korban serangan senjata kimia di kota Douma, Suria. WHO mengatakan telah menerima laporan dari lapangan bahwa puluhan orang tewas dan sekitar 500 orang menunjukkan gejala yang konsisten dengan terpapar bahan racun kimia.
Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic mengatakan kepada VOA bahwa WHO tidak bisa memverifikasi laporan penggunaan zat beracun hari Sabtu lalu di Douma karena WHO tidak memiliki akses langsung ke wilayah tersebut.
Namun ia mengatakan informasi yang diterima WHO berasal dari mitra kesehatan nasional dan internasional yang telah bekerja dengan WHO selama bertahun-tahun. Jasarevic mengatakan laporan-laporan ini menunjukkan warga terpapar zat beracun.
“Warga yang dilaporkan datang ke fasilitas kesehatan umum termasuk pria, wanita dan anak-anak, jadi warga umum. Mereka menunjukkan gejala seperti sulit bernafas, mengeluarkan dahak dan gejala lain yang konsisten dengan terpapar bahan kimia, seperti kesulitan bernafas, iritasi pada mata dan gejala lainnya,” kata Tarik Jasarevic.
Badan PBB itu mengatakan laporan menunjukkan lebih dari 70 orang yang berlindung di ruang bawah tanah tewas. WHO mengatakan dua fasilitas kesehatan juga dilaporkan terimbas serangan tersebut.
Pemerintah Suriah menyangkal berada di balik serangan yang diduga menggunakan senjata kimia itu dan telah mengundang tim dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia untuk menyelidikinya. Seorang pejabat senior WHO menyampaikan kemarahan atas "laporan dan gambar mengerikan" dari Douma, pinggiran Damaskus itu.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pemerintah Suriah yang dipimpin Assad - yang dijuluki Trump sebagai "binatang" - "akan memikul akibat berat " dan mengancam akan melancarkan serangan militer sebagai pembalasan atas yang diduga sebagai serangan senjata kimia itu. [my/al]