Aktivis Lingkungan Australia Tolak Rencana Pengembangan Wisata Great Barrier Reef

Great Barrier Reef terbentang lebih dari 2.000 kilometer di sepanjang pantai timur laut negara itu dan merupakan tempat bagi berbagai jenis terumbu karang yang menakjubkan serta flora dan fauna laut lainnya yang spektakuler (foto: Dok).

Disetujuinya rencana untuk mengembangkan daerah wisata di dekat kawasan Great Barrier Reef telah memicu kemarahan aktivis lingkungan Australia.
Sebuah pemerintah negara bagian di Australia telah menyetujui pengembangan besar-besaran daerah wisata di dekat Great Barrier Reef, suatu langkah yang membuat marah aktivis lingkungan Australia.

Para pendukung mengatakan, rencana baru itu diperlukan oleh ekonomi di kawasan yang sering diterjang topan itu. Namun, para aktivis lingkungan mengatakan rencana itu akan merusak ekosistem yang peka dan memberi contoh buruk bagi negara-negara bagian lain di kawasan itu.

Rencana itu akan membangun resor wisata, daerah permukiman, pertokoan, dan lapangan golf di sebuah peternakan sapi yang berbatasan dengan hutan tropis dan Great Barrier Reef di dekat kota Innisfail, negara bagian Queensland.

Para aktivis lingkungan bersikeras proyek Ella Bay itu akan menjadi bencana bagi satwa liar, terutama kasuari, yang merupakan jenis burung sangat besar yang tidak bisa terbang, dan penyu.

Konservasionis Russell Constable mengatakan, hewan-hewan rentan lainnya juga akan berisiko punah karena pengembangan daerah pesisir itu.

Pemerintah negara bagian Queensland telah memberikan persyaratan lingkungan yang ketat bagi pembangunan itu, yang menurut para pejabat akan melindungi hutan tropis dan Great Barrier Reef – salah satu atraksi alami terbesar di Australia. Great Barrier Reef terbentang lebih dari 2.000 kilometer di sepanjang pantai timur laut negara itu dan merupakan tempat bagi berbagai jenis terumbu karang yang menakjubkan serta flora dan fauna laut lainnya yang spektakuler. Para aktivis lingkungan mengatakan Great Barrier Reef, yang bisa dilihat dari antariksa, semakin terancam oleh pembangunan di daerah pesisir, termasuk pelabuhan-pelabuhan batubara yang besar, serta perubahan iklim dan polusi.

Namun, ketua Kamar Dagang dan Industri kota Innisfail, Jake Robertson, mengatakan pengembangan, Ella Bay akan meningkatkan ekonomi daerah yang masih berusaha pulih dari hantaman serangkaian badai tropis yang menghancurkan baru-baru ini.

“Proyek ini juga akan menciptakan lapangan kerja yang sangat kita perlukan setelah badai Yasi dan Larry. Kita telah melihat penurunan jumlah penduduk di daerah ini. Ratusan orang telah meninggalkan daerah ini menurut dua sensus terakhir. Kita seakan hidup di surga dunia di sini, kita semua tahu itu, tapi kita juga harus punya lapangan kerja bagi penduduk di sini,” kilahnya.

Walaupun telah diratifikasi oleh para pejabat negara bagian di Queensland, rencana itu masih perlu disetujui oleh pemerintah federal Australia.

Para menteri nantinya harus mempertimbangkan masalah lingkungan dengan kebutuhan menggalakkan pembangunan ekonomi. Seperti banyak negara lain, termasuk Indonesia di utara, Australia harus menghadapi tuntutan-tuntutan terkait ekosistem yang semakin terancam oleh pembangunan dan kebutuhan menciptakan lapangan kerja dan membangun kekayaan.

Sebuah penelitian baru mendapati bahwa 70 persen terumbu karang di Indonesia telah rusak karena berbagai faktor termasuk penggunaan bahan peledak oleh nelayan, limbah dari pertambangan, dan perubahan iklim.

Pembalakan liar juga telah merusak wilayah-wilayah hutan belantara yang berharga di Pasifik Selatan, termasuk Papua Nugini dan Kepulauan Solomon.

Australia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki tingkat kepunahan mamalia terburuk. Para konservasionis bersikeras, upaya negara itu untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya telah sangat merusak lingkungan.