Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) menyalurkan alat pelindung diri (APD) kepada 340 petugas sampah di Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung.
Staf program Zero Waste YPBB, Anilawati Nurwakhidin, menyatakan petugas sampah sangat rentan tertular virus corona. Selain masih harus bekerja, petugas kini berhadapan dengan sampah infeksius seperti masker dan tisu bekas.
"Itu bisa nular ke petugas sampah. Karena petugasnya nggak sadar, misalnya dia nggak pakai APD nih, terus ketularan, dia bisa nularin ke orang lain,” jelasnya ketika dihubungi VOA.
Your browser doesn’t support HTML5
APD yang diberikan berupa masker kain, sarung tangan karet, sabun cuci tangan, dan hand sanitizer. Petugas juga mendapatkan madu dan buah-buahan.
YPBB menggalang dana 30 juta rupiah untuk membantu ratusan petugas pengelola sampah yang tergabung dalam Zero Waste Cities, program pemilahan sampah rumah tangga dan pengomposan sampah organik di Bandung Raya.
Penggalangan dana yang dimulai pada 26 Maret itu langsung memenuhi target hanya dalam empat hari. Anil mengaku terkejut dengan kepedulian masyarakat.
“Oh, ternyata bisa yah terkumpul dalam waktu secepat itu. Ini bermula dari keprihatinan mereka, karena petugas sampah ini adalah salah satu yang kurang terperhatikan di masa corona ini,” imbuhnya.
Sampai Rabu (8/4), bantuan telah didistribusikan kepada 110 petugas sampah. Sementara dana yang terkumpul telah mencapai 58 juta Rupiah, dan sumbangan akan dibuka sampai 20 April.
Pada tahap kedua, bantuan akan disalurkan kepada petugas pengomposan dan pengelola sampah di kelurahan dampingan.
Warga Perlu Diedukasi Soal Sampah Infeksius
Meski pemilahan sampah di kelurahan dampingan telah berjalan, Anil mengatakan masyarakat perlu diedukasi terkait sampah infeksius. Idealnya, sampah itu dipisahkan dan masuk kategori Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
“Kalau yang lebih ideal tentu ini masuk ke B3. Tapi riilnya kan sebenarnya pihak kota belum punya pemisahan sampah B3 itu dikemanakan kalau dari rumah tangga,” terang Anil.
Anil mengatakan, sampah infeksius tetap perlu dipisahkan, sesuai anjuran Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK).
Kepala DLHK Kota Bandung, Kamalia Purbani, mengimbau masyarakat supaya memisahkan sampah infeksius.
“Agar dapat memisahkan sampah masker sekali pakai tidak digabung dengan jenis sampah lainnya,” tegas dia.
DLHK menganjurkan sampah masker didiamkan beberapa saat sebelum diberikan ke petugas sampah.
Pemerintah Terkendala Anggaran
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menerbitkan surat edaran terkait penanganan sampah infeksius.
Direktur Pengelolaan Sampah KLHK, Novrizal Tahar, mengatakan surat tersebut salah satunya memerintahkan para kepala daerah untuk melindungi para petugas sampah.
"Minta semua kepala daerah kabupaten kota, yang memang operasional pengelolaan sampahnya ada di sana, untuk memastikan semua petugas sampahnya itu menggunakan APD yang lengkap,” ujarnya dalam video conference, Rabu (8/4).
BACA JUGA: Doni Monardo: Kebutuhan APD untuk Domestik Bisa DipenuhiSementara itu, pendiri Greeneration Foundation, Bijaksana Junerosano, mengatakan bahwa pemerintah daerah belum menyikapi cepat surat tersebut. Hal itu sesuai temuan di lapangan.
“Terlihat dari beberapa dinas-dinas yang kami kenal baik itu menghubungi kami dan meminta bantuan APD. Karena di dalam anggaran yang mereka miliki tidak ada,” jelasnya.
Greeneration memperkirakan ada 300 ribu petugas sampah se-Indonesia yang masih bekerja. Jumlah ini belum termasuk pekerja informal seperti pemulung sampah yang diperkirakan mencapai 600 ribu orang.
Greeneration, Waste4Change, dan puluhan organisasi lingkungan juga menggalang dana untuk APD petugas sampah. Sampai Minggu (12/4), mereka telah mengumpulkan donasi 47 juta Rupiah. [rt/ab]