Indonesia akan menambah impor sapi dari Australia, yang dihentikan oleh Australia tahun 2011 karena dugaan kekejaman dalam pemotongan hewan di Indonesia.
Perdagangan sapi kedua negara dilanjutkan setelah dikeluarkan pedoman baru, namun jumlah impor yang disetujui masih jauh di bawah tingkat sebelumnya. Indonesia sepakat untuk membeli sapi lebih banyak dari Australia setelah Perdana Menteri baru Australia Tony Abbott berkunjung ke Jakarta.
Industri peternakan menjadi isu perdebatan antara negara bertetangga di Asia- Pasifik itu sejak pemerintahan Partai Buruh Australia yang berkuasa sebelumnya melarang ekspor setelah pengungkapan tentang penganiayaan di rumah-rumah jagal di Indonesia tahun 2011. Ekspor sapi tetap dilanjutkan oleh Australia meskipun jumlahnya kurang dari separuh dari tingkat sebelumnya.
Menteri Pertanian Australia Barnaby Joyce mengatakan perjanjian baru itu baik bagi para peternak.
"Kami telah berunding secara cermat tentang peningkatan kuota. Ini bagus karena ini telah menambah 53.000 ekor sapi lagi dalam kuota ini, selain 46.000 ekor yang telah disetujui," kata Joyce.
Australia juga melunakkan posisinya tentang rencana Indonesia untuk berinvestasi di lahan peternakan di Australia utara. Pejabat-pejabat senior sebelumnya mengecam hal itu karena bertentangan dengan kepentingan nasional Australia, ketika akan mengadakan pemilihan federal bulan September.
Mereka kini bersikeras bahwa investasi asing akan membantu pertumbuhan ekonomi di wilayah utara Australia yang belum berkembang.
Isu lain yang membuat hubungan bilateral tegang adalah pencari suaka. Indonesia menegaskan bahwa rencana Australia untuk menyeret kapal-kapal imigran kembali ke Indonesia akan melanggar kedaulatan negara Indonesia. Kebijakan kontroversial itu kini belum jelas walaupun Australia kini mengatakan angkatan lautnya tidak akan memaksa kapal-kapal kembali ke wilayah Indonesia.
Dalam konferensi pers pada akhir perjalanan pertamanya ke luar negeri, Perdana Menteri konservatif baru Australia itu mengatakan kapal-kapal imigran itu, hanya akan dikawal keluar dari wilayah perairan Australia .
PM Tony Abbott mengatakan, "Saya ingin membantah kesan bahwa kebijakan Koalisi adalah akan menyeret keluar kapal-kapal imigran itu. Kebijakan kami, yang telah kami tegaskan berulang-ulang, adalah kami berhak menolak masuk kapal-kapal di daerah-daerah yang aman untuk melakukannya. Sekali lagi, tujuan saya di sini adalah menghentikan masuknya kapal-kapal tersebut."
Arus pendatang gelap terus berlayar ke perairan Australia dalam beberapa tahun terakhir. Abbott mengatakan pembendungan arus itu bukan hanya untuk melindungi perbatasan maritim Australia, tetapi juga untuk menyelamatkan nyawa.
Industri peternakan menjadi isu perdebatan antara negara bertetangga di Asia- Pasifik itu sejak pemerintahan Partai Buruh Australia yang berkuasa sebelumnya melarang ekspor setelah pengungkapan tentang penganiayaan di rumah-rumah jagal di Indonesia tahun 2011. Ekspor sapi tetap dilanjutkan oleh Australia meskipun jumlahnya kurang dari separuh dari tingkat sebelumnya.
Menteri Pertanian Australia Barnaby Joyce mengatakan perjanjian baru itu baik bagi para peternak.
"Kami telah berunding secara cermat tentang peningkatan kuota. Ini bagus karena ini telah menambah 53.000 ekor sapi lagi dalam kuota ini, selain 46.000 ekor yang telah disetujui," kata Joyce.
Australia juga melunakkan posisinya tentang rencana Indonesia untuk berinvestasi di lahan peternakan di Australia utara. Pejabat-pejabat senior sebelumnya mengecam hal itu karena bertentangan dengan kepentingan nasional Australia, ketika akan mengadakan pemilihan federal bulan September.
Mereka kini bersikeras bahwa investasi asing akan membantu pertumbuhan ekonomi di wilayah utara Australia yang belum berkembang.
Isu lain yang membuat hubungan bilateral tegang adalah pencari suaka. Indonesia menegaskan bahwa rencana Australia untuk menyeret kapal-kapal imigran kembali ke Indonesia akan melanggar kedaulatan negara Indonesia. Kebijakan kontroversial itu kini belum jelas walaupun Australia kini mengatakan angkatan lautnya tidak akan memaksa kapal-kapal kembali ke wilayah Indonesia.
Dalam konferensi pers pada akhir perjalanan pertamanya ke luar negeri, Perdana Menteri konservatif baru Australia itu mengatakan kapal-kapal imigran itu, hanya akan dikawal keluar dari wilayah perairan Australia .
PM Tony Abbott mengatakan, "Saya ingin membantah kesan bahwa kebijakan Koalisi adalah akan menyeret keluar kapal-kapal imigran itu. Kebijakan kami, yang telah kami tegaskan berulang-ulang, adalah kami berhak menolak masuk kapal-kapal di daerah-daerah yang aman untuk melakukannya. Sekali lagi, tujuan saya di sini adalah menghentikan masuknya kapal-kapal tersebut."
Arus pendatang gelap terus berlayar ke perairan Australia dalam beberapa tahun terakhir. Abbott mengatakan pembendungan arus itu bukan hanya untuk melindungi perbatasan maritim Australia, tetapi juga untuk menyelamatkan nyawa.