Protes Gaji Rendah, Ribuan Guru di China Mogok

  • Shannon Van Sant

Guru di China telah lama menjadi profesi dengan gaji yang relatif rendah dibanding profesi lainnya (foto: ilustrasi).

Dalam beberapa minggu lalu, ribuan guru melakukan aksi mogok di China timur-laut, memprotes gaji rendah dan keharusan membayar sumbangan wajib untuk dana pensiun.

Mogok massal guru di China itu berakhir pekan lalu. Itu adalah salah satu dari beberapa pemogokan yang dengan cepat menyebar ke desa dan kota-kota lain. Menurut para guru, mereka memprotes gaji yang rendah.

Seorang guru mengatakan ia hanya ingin gajinya dinaikkan. Ia menyatakan, tidak membandingkan gajinya dengan orang lain, hanya menginginkan gaji yang layak.

Guru di China telah lama menjadi profesi dengan bayaran relatif rendah. Tetapi pemogokan baru-baru ini di Provinsi Heilongjiang berakar pada rencana pemerintah mewajibkan guru menyumbang untuk dana pensiun, yang sebelumnya tidak diberlakukan terhadap pegawai negeri.

Bagi sebagian guru, yang mengaku hanya menerima gaji 160 dolar per bulan – atau 400 dolar bagi guru yang lebih berpengalaman – sumbangan dana pensiun itu terlalu besar. Demonstrasi mereka meningkat dan menyebar ke enam kota dekat Harbin mulai pertengahan November. Demonstran berbaris ke gedung-gedung pemerintah, dan sekolah-sekolah di beberapa tempat diliburkan.

Menurut Zhang Li Fan, seorang pakar dan sejarawan China, sistem pendidikan China telah lama terlalu menekan guru dan pemogokan itu adalah hasil kekesalan yang menumpuk.

Pemogokan guru juga terjadi di bagian-bagian lain China tahun ini. Oktober lalu, guru di satu SMP Provinsi Guangdong juga memprotes upah rendah. Sebelumnya, guru SMU di Hubei memprotes status pegawai negeri mereka, yang menentukan uang pensiun.

Jeffrey Crothall, kepala komunikasi pada China Labour Bulletin di Hong Kong mengatakan, "Guru-guru sudah melakukan aksi mogok beberapa lama. Tetapi dalam beberapa bulan ini, jelas kami melihat aksi ini melonjak. Di seluruh negeri kami mencatat setidaknya 30 aksi mogok dalam tiga bulan terakhir. Dan aksi mogok ini terutama dilakukan oleh guru yang bekerja di daerah-daerah yang kurang berkembang di China."

Aksi mogok seperti itu, menurut Crothall, dulu tidak terlalu mendapat perhatian. Tetapi banyaknya media sosial mendorong protes-protes menyebar dengan cepat dari kota ke kota.

Kini pemogokan guru berakhir, setidaknya untuk sementara, setelah pemerintah mengatakan sedang mengkaji tuntutan mereka.

Seperti dikatakan Crothall, sebagian protes berhasil memaksa kenaikan gaji; di Zhaodong, kota di Provinsi Heilongjiang, pihak berwenang menaikkan gaji guru rata-rata 135 dolar per bulan.