Ketika dunia memperingati Hari Orang Hilang Internasional, ratusan keluarga Mosul tetap dihinggapi rasa sedih karena tidak mengetahui keberadaan orang-orang yang mereka kasihi yang hilang selama perang melawan ISIS.
Pejabat setempat mengatakan sekitar 4.000 penduduk Mosul, yang sebagian besar terdiri dari laki-laki dan anak laki-laki, masih belum diketahui bahkan setelah dua tahun lebih ISIS diusir dari kota itu. Banyak yang dikhawatirkan meninggal, dimakamkan di ratusan kuburan massal yang belum digali di seluruh negeri.
Bagi keluarga yang menunggu kabar mengenai orang yang mereka cintai yang hilang, birokrasi dan inefisiensi pemerintah perlahan-lahan meredupkan harapan mereka.
Sharifa Muhammad (55 tahun), belum pernah mendengar tentang putranya yang berusia 25 tahun Ahmad Khalil sejak September 2016, kurang dari sebulan sebelum pasukan Irak mengumumkan operasi mereka untuk mengusir IS dari Mosul. Khalil seorang pemain sepak bola selama kekuasaan ISIS, hilang setelah mencoba melarikan diri dari Mosul ke Baghdad.
"Kami tidak tahu siapa yang menculik dan membawanya. Kami masih belum menerima satupun informasi mengenai dirinya," kata Muhammad kepada VOA, mengungkapkan frustrasi mengenai bagaimana pejabat lokal menangani proses pencarian.
"Saya sering mendatangi Dewan Provinsi [Mosul] dan mengajukan permintaan. Tetapi tidak ada tanggapan apapun. Sama sekali tidak ada," keluhnya putus asa.
Basima Salih, warga Mosul lainnya yang putus asa atas nasib kedua putranya, mengatakan yakin pasukan pemerintah mengambil anak-anaknya dari penjara ISIS setelah merebut kota itu pada Juli 2017. Dua bersaudara, Saad dan Mohamad Hazim Ghanim, adalah petugas polisi sebelum ISIS mengambil alih kota itu. Kelompok jihad itu kemudian menangkap mereka dengan tuduhan berkonspirasi dengan pasukan Irak. (my/pp)