Laporan-laporan mengenai terjadinya penembakan, yang diduga dilakukan oleh polisi Myanmar, di sebuah kamp pengungsi Rohingya di negara bagian Rakhine telah memicu keprihatinan para pejabat PBB.
Kantor berita Reuters mengutip para saksi mata yang mengatakan polisi Myanmar menembak dan melukai empat orang Rohingya pada hari Minggu, serta menahan dua orang yang dituduh menyelundupkan orang-orang keluar dari sebuah kamp pengungsi di negara bagian Rakhine, Myanmar barat.
Laporan itu mengatakan sekitar 20 polisi mendatangi kamp Ah Nauk Ye, 15 kilometer timur ibukota negara bagian Sittwe, dan menahan dua orang yang dituduh memiliki “kapal reyot,” yang digunakan dalam upaya menyelundupkan 160 orang, termasuk 25 anak, keluar dari kamp itu. Kapal tersebut dihentikan di selatan Yangoon.
Seorang saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa ketika polisi datang ke kamp itu, “orang-orang dari kamp keluar untuk melihat apa yang terjadi, dan kemudian polisi menembaki mereka.”
Namun, polisi mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa warga Rohingya mengepung mereka dengan pedang dan melemparkan batu ke arah mereka. “Saya mendengar bahwa warga Bengali dari kamp itu berusaha membebaskan orang-orang yang ditangkap itu dari polisi dan polisi harus melepaskan tembakan peringatan,” kata inspektur polisi Than Htay dari kantor polisi terdekat.
Orang Myanmar menyebut Muslim Rohingya sebagai “Bengali,” suatu rujukan bahwa mereka berasal dari Bangladesh dan bukan dari Myanmar. [lt]