Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Joko Hastaryo, mengatakan tercatat ada 460 kasus baru dari Agustus hingga dua pekan pertama September di Yogyakarta. Penambahan jumlah kasus dalam enam pekan terakhir, jauh lebih tinggi dari total 235 kasus positif Covid-19 dari Maret hingga Juli, atau lima bulan pertama.
Dari jumlah 460 kasus baru, papar Joko, sekitar 28 persen atau 128 orang merupakan tenaga kesehatan. Disusul hasil skrining umum sekitar 24 persen dan pelaku perjalanan, 18 persen.
“Tetapi yang mengagetkan tentu saja penyebab nomor 2, yaitu hasil skrining tenaga kesehatan. Kita ketahui bahwa tenaga kesehatan merupakan salah satu kelompok yang paling riskan untuk mendapat penularan Covid karena sehari-hari berurusan dengan pasien positif,” kata Joko Hastaryo, dalam diskusi daring mengenai pelayanan rumah sakit yang aman selama pandemi, Minggu (13/9) malam.
Diskusi diselenggarakan oleh Sambatan Jogja (Sonjo), sebuah gerakan kemanusiaan untuk membantu masyarakat rentan dan berisiko terkena dampak pandemi di Yogyakarta dan sekitarnya.
Pertanyaan besar untuk sektor kesehatan Indonesia, ujar Joko, adalah seberapa kuat daya tahan fasilitas dan tenaga kesehatan (nakes) menghadapi pandemi karena tidak ada yang tahu sampai kapan pandemi akan berlangsung.
Sementara di sisi lain, kata Joko, nakes saat ini mengalami kejenuhan dan tekanan mental akibat kasus positif yang menimpa rekan-rekan mereka. Terlebih meninggalnya rekan sejawat, yang angkanya terus naik.
Kasus Melonjak, RS Sediakan Fasilitas
Tidak seperti di Jakarta yang ketersediaan tempat tidur rumah sakit mulai kritis, di Yogyakarta, jumlah tempat tidur dan ruang isolasi masih relatif aman. Namun, dengan lonjakan tajam penularan virus corona di lingkungan nakes, sejumlah rumah sakit melakukan perubahan signifikan.
Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Mohammad Komarudin, mengatakan pihaknya melakukan sejumlah upaya untuk menekan dampak lonjakan pasien positif Covid-19 terhadap operasional rumah sakit dan untuk melindungi pasien serta nakes.
Upaya itu antara lain, menempatkan pasien positif corona di kompleks gedung terpisah. Setiap pengunjung rumah sakit dilayani dengan protokol ketat, termasuk skrining khusus bagi pasien yang akan menjalani rawat inap. Nakes yang terkonfirmasi positif Covid-19 menjalani isolasi dan perawatan di luar rumah sakit di bawah pengawasan para dokter.
“Kebetulan tidak jauh dari rumah sakit ada asrama Pengurus Pusat Aisyiah yang bisa kita manfaatkan. Di situ ada 40 kamar, dan Alhamdulillah, bisa melayani beberapa tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Covid, namun asimtomatik (tanpa gejala),”ujar Komarudin.
Pihak rumah sakit juga memenuhi kebutuhan primer dan logistik keluarga para nakes yang menjalani isolasi, serta memberikan dukungan psikologi.
Bagi nakes, kewajiban penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) diberlakukan dengan ketat. Renovasi ruangan juga dilakukan untuk menyesuaikan sirkulasi udara di lingkungan rumah sakit sesuai ketentuan. Skrining berkala nakes juga dilakukan, termasuk penelusuran kontak erat dan diagnosis bagi yang bergejala.
Your browser doesn’t support HTML5
Penggunaan Telemedis Ditingkatkan
Untuk mengurangi interaksi antara pasien dan nakes, rumah sakit melakukan berbagai penyesuaian. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Sardjito Yogyakarta, misalnya, menerapkan perubahan seperti alur layanan. Gedung-gedung perawatan dibedakan menurut kode tertentu. Bahkan jalur masuk mobil ambulans disesuaikan.
RSUP Dr Sardjito juga meningkatkan layanan medis berbasis teknologi informasi atau telemedis (telemedicine) melalui aplikasi Tekon (telemedisin konsultasi).
Direktur Utama RSUP dr Sardjito, Rukmono Siswihanto mendorong pasien memanfaatkan layanan Tekon. Dengan Tekon, pasien bisa melakukan konsultasi dengan dokter tanpa harus mendatangi rumah sakit.
“Dari Puskemas sekarang diuji coba, kalau ada kesulitan bisa langsung berkonsultasi ke RS Sardjito. Telemedisin itu bisa dipakai untuk memfasilitasi dari pasien ke rumah sakit, dan dari petugas kesehatan ke petugas kesehatan yang lebih tinggi,” ujar Rukmono.
Rukmono menambahkan, rumah sakit juga sudah bekerja sama dengan apotek terdekat untuk memudahkan pasien yang menggunakan telemedis.
Direktur Utama RS Bethesda Yogyakarta, Purwoadi Sujatno menambahkan pilihan telemedis atau layanan tatap muka harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Para pasien yang memang harus diperiksa langsung oleh dokter untuk menegakkan diagnosis atau perawatan lanjutan, sebaiknya tetap datang ke rumah sakit.
“Kami tidak ingin, pasien yang sakit, hanya karena takut kemudian menahan, pada akhirnya kasusnya jadi bertambah berat. Yang penting di sini adalah kondisi pasien, cukup stabil atau tidak,” ungkap Purwoadi.
Pasien yang stabil dan hanya memerlukan kontrol rutin, imbuhnya, lebih baik memanfaatkan telemedis.
Sayangnya, kata Purwodadi, layanan telemedis belum ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Namun, solusi bisa diterapkan dengan menerapkan pengambilan obat secara iterasi atau resep berulang.
BACA JUGA: Covid-19 pada Pekerja Rumah Sakit Sering Tak TerdeteksiDokter Senior Istirahat
Julita Hendrartini, Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Prof Soedomo, Universitas Gadjah Mada, mengatakan pihaknya melarang dokter senior yang berusia di atas 50 tahun untuk berpraktik di rumah sakit. Hal itu untuk memaksimalkan keamanan para dokter senior dan para dosen berpengalaman di Fakultas Kedokteran Gigi UGM.
RSGM juga melakukan perubahan besar untuk memastikan keamanan. Para pasien harus melakukan perjanjian secara online dan hanya anak-anak serta pasien berkebutuhan khusus yang bisa ditemani keluarga. Pasien juga wajib berkumur antiseptic sesuai prosedur internasional.
Poli Gigi (Dental) ditata agar tidak berdekatan, dan dipakai bergantian oleh dokter gigi yang wajib memakai APD. Dekontaminasi selalu dilakukan bagi setiap alat setelah digunakan. Pengatur udara ruangan juga disesuaikan, termasuk menambah alat agar ruangan menjadi bertekanan negatif.
“Kami harus menambahkan alat secara bertahap, dan mengapa kami mengatur alur pasien karena banyak langkah harus kami lakukan untuk menjaga keamanan dokter dan pasien,” ujar Julita.
RSGM Prof Soedomo hanya menggunakan 50 persen dari total 165 dental unit yang digunakan secara bergantian oleh para dokter gigi. Layanan konsultasi online secara gratis melalui teledentistry sudah dikembangkan sejak Mei 2020. Penggunaan teknologi informasi ini akan terus dikembangkan sampai tahun depan, dengan penambahan berbagai fitur untuk memaksimalkan layanan. [ns/ft]