Rumah Sakit Indonesia di Rakhine Sudah Mulai Dibangun

  • Fathiyah Wardah

Pelaksana Harian Ketua Umum PMI Ginanjar Kartasasmita (tengah) sedang menjelaskan rumah sakit Indonesia di Rakhine yg mulai dibangun MER C. (Fathiyah/VOA)

Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) yang merupakan Organisasi yang beranggotakan dokter dan paramedis sudah mulai membangun sebuah rumah sakit dinamakan Rumah Sakit Indonesia di daerah Mrauk-U, Myanmar.

Beragam lembaga nirlaba dan organisasi kemanusiaan di Indonesia berduyun-duyun memberikan bantuan buat mengatasi krisis kemanusiaan yang membelit etnis minoritas muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Konflik berdarah yang kembali meletup sejak 25 Agustus lalu memaksa ratusan ribu orang Rohingya mengungsi ke negara tetangga Bangladesh.

Amuk militer Myanmar telah menewaskan banyak warga Rohingya, meludeskan rumah-rumah mereka dengan kobaran api, dan mengosongkan desa-desa mereka.

Menurut sensus penduduk tiga tahun lalu, Rakhine dihuni hampir 3,2 juta penduduk. Warga Rakhine ini paling banyak menganut agama Buddha (52,2 persen), disusul Islam (42,7 persen), Kristen (1,8 persen) dan sisanya meyakini agama dan kepercayaan lain.

Di antara sekian banyak lembaga nirlaba yang datang memberi pertolongan ke Rakhine adalah Medical Emergency Rescue Committee (MER-C). Organisasi yang beranggotakan dokter dan paramedis ini sudah mulai membangun sebuah rumah sakit dinamakan Rumah Sakit Indonesia di daerah Mrauk-U.

Dalam jumpa pers bersama di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) di Jakarta, Kamis (14/9), Pelaksana Harian Ketua Umum PMI Ginandjar Kartasasmita membantah rumah sakit itu didirikan atas permintaan pemerintah atau Presiden Joko Widodo. Dia menekankan pemerintah memberikan perhatian dan dukungan.

Ginandjar menambahkan gagasan membangun Rumah Sakit Indonesia di Rakhine oleh MER-C tersebut tidak berkaitan dengan konflik yang tengah terjadi saat ini. Ide ini sudah muncul sejak lima tahun lalu. Dengan meledaknya kekerasan terbaru, lanjut dia, membuat penyelesaian Rumah Sakit Indonesia sesegera mungkin kian mendesak.

“Pada dasarnya PMI dan Walubi (Perwakilan Umat Buddha Indonesia) mendukung pembangunan rumah sakit yang telah diprakarsai oleh MER-C, menjadi kegiatan bersama, yang menjadi tanggung jawab kita bersama tetapi ujung tombaknya adalah MER-C, yang akan berada dan bekerja di lapangan,” kata Ginanjar.

Ginandjar menambahkan dari total nilai proyek pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine sebesar 1,9 juta dolar, Walubi menyumbang sebanyak 1 juta dolar.

Presidium MER-C dr Sarbini Abdul Murad menjelaskan ide dasar pihaknya mendirikan rumah sakit di Rakhine adalah bagaimana memperkenalkan harmonisasi hubungan antar umat beragama di Indonesia kepada masyarakat dan pemerintah Myanmar.

Menurut Sarbini, memberikan bantuan medis dan makanan bagi warga Rohingya merupakan kebutuhan jangka pendek. Dia menegaskan rumah sakit sangat penting untuk kepentingan jangka panjang.

“Rumah sakit adalah tempat yang sangat tepat untuk memberitahukan kepada masyarakat Myanmar, kepada pemerintah Myanmar simbol keberagaman, simbol harmonisasi umat beragama di Indonesia,” ujar Sarbini.

Nur Sadika, 5 tahun, seorang pasien anak etnis Rohingya sedang menerima perawatan setelah menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh, di Chittagong Medical College Hospital di Chittagong, Jumat, 8 September 2017.

Sarbini menambahkan gagasan mendirikan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine tersebut juga berkaca dari pengalaman sukses MER-C membangun Rumah Sakit Indonesia di Bait Lahiya, Jalur Gaza yang juga merupakan daerah rawan konflik bersenjata. Rumah sakit ini didirikan dengan menghabiskan anggaran sebesar 226 miliar rupiah.

Sarbini mengharapkan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine menjadi simbol persahabatan kedua negara dan hubungan batin antara rakyat Indonesia dan Myanmar. Dia menekankan proses pembangunan sudah berjalan, pagar sudah dibangun, pengurukan lokasi, dan minggu lalu sudah dimulai pembangunan rumah tinggal bagi dokter dan perawat yang akan bertugas di rumah sakit tersebut.

Dia menyebutkan bulan depan direncanakan rumah sakit akan mulai dibangun. Rumah Sakit Indonesia itu juga akan dilengkapi dengan fasilitas pengolahan air karena daerah di sekitar lokasi rumah sakit sulit air.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Pemuda Walubi Paulus Misuar mengatakan Walubi mengimbau kepada umat Buddha di Myanmar untuk menghindari sila pertama dalam ajaran Buddha, yaitu pembunuhan.

“Ajaran Sang Buddha yaitu menghindari pembunuhan karena buah karmanya sangat berat. Kedua, mengajak masyarakat yang dermawan agar dengan tulus dan serius mengumpulkan bantuan kemanusiaan untuk meringankan beban hidup umat Islam dalam kondisi saat ini di sana (Rakhine),” ujar Paulus.

Menurut Paulus, Walubi sudah menyalurkan dana melalui PMI untuk membantu proses pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine tengah dijalankan oleh MER-C.

Idrus M. Alatas, Ketua Divisi Konstruksi MER-C sekaligus pimpinan proyek pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine, menjelaskan rumah sakit tersebut menempati lahan seluas delapan ribu meter persegi. Dia mengatakan rumah sakit ini akan dibangun dua lantai seluas 2.500 meter persegi.

Menurut Idrus, MER-C tidak membeli tanah untuk membangun rumah sakit itu, tapi tanah itu merupakan hibah dari pemerintah Myanmar dengan status hak guna pakai, sebab pihak asing tidak boleh memiliki tanah di sana. Namun dia mengaku belum mengetahui sampai berapa lama masa berlaku hak guna pakai itu.

Idrus menegaskan setelah rumah sakit beroperasi, tidak boleh ada perbedaan perlakuan antara pasien Buddha dan Muslim.