Rusia akan Gelar Pertemuan PBB untuk Bahas Anak-anak Ukraina yang Dibawa ke Rusia

  • Associated Press

Rusia berencana menyelenggarakan pertemuan informal Dewan Keamanan PBB untuk membahas apa yang disebut Moskow “situasi yang sesungguhnya” tentang anak-anak Ukraina yang dibawa ke Rusia. (Foto: Ilustrasi/AP/Hannibal Hanschke)

Rusia berencana menyelenggarakan pertemuan informal Dewan Keamanan PBB pada awal April nanti untuk membahas apa yang disebut Moskow “situasi yang sesungguhnya” tentang anak-anak Ukraina yang dibawa ke Rusia, masalah yang menjadi sorotan menyusul surat perintah penangkapan Presiden Rusia Vladimir Putin yang dikeluarkan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas kejahatan perang terkait penculikan mereka.

Dalam konferensi pers pada Senin (20/3), Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan bahwa Rusia merencanakan pertemuan dewan jauh sebelum pengumuman surat perintah penangkapan Jumat (17/3) lalu. Rusia akan memegang kepresidenan bergilir dewan tersebut April nanti.

ICC mengeluarkan perintah penangkapan Putin karena ia “diduga bertanggung jawab atas kejahatan perang pendeportasian (anak-anak) secara tidak sah dan pemindahan (anak-anak) secara tidak sah dari wilayah pendudukan di Ukraina ke Federasi Rusia.”

BACA JUGA: Siapa Anak-anak Ukraina di Pusaran Surat Perintah Penangkapan Putin? 

Pengumuman surat perintah penangkapan Putin dan Maria Lvova-Belova, komisioner Kantor Hak Asasi Anak Presiden Federasi Rusia, disambut hangat Ukraina sebagai langkah pertama menuju pertanggungjawaban Rusia atas tindak kejahatan setelah invasi pada Februari 2022. Di sisi lain, Moskow menolak surat perintah tersebut dan menyebutnya “tidak sah secara hukum” dan “keterlaluan.” Rusia sendiri tidak termasuk ke dalam 123 negara yang menjadi anggota Mahkamah Pidana Internasional.

Pengumuman itu menyusul laporan Komisi Penyelidikan Ukraina PBB pada hari Kamis (16/3) yang mengatakan bahwa terdapat bukti akan pemindahan secara tidak sah ratusan anak Ukraina ke Rusia.

Komisi itu mengatakan, baik orang tua maupun para anak menghadapi banyak kendala untuk menjalin komunikasi, dengan beban yang lebih berat dirasakan anak-anak karena mereka tidak dapat berkontak dengan orang tua mereka. Laporan menyimpulkan bahwa pendeportasian paksa itu “menyalahi hukum kemanusiaan internasional dan tergolong sebagai kejahatan perang.”

Anak yatim piatu Ukraina menunggu penerbangan ke Inggris Raya di bandara Chopin, di Warsawa, Polandia, 23 Maret 2022. (Foto: AP)

Pemerintah Ukraina mengklaim terdapat 16.221 anak yang telah dibawa Rusia sejak perang dimulai.

Jaksa ICC Karim Khan, dikutip oleh Courthouse News Service, memberitahu Rusia pada Senin di sebuah pertemuan menteri-menteri pertahanan lebih dari 30 negara di London: “Kembalikan anak-anak itu, repatriasi anak-anak itu.”

Nebenzia menyebut isu mengenai anak-anak itu “benar-benar dilebih-lebihkan” dan mengatakan bahwa Moskow ingin menjelaskan duduk perkara itu di pertemuan Dewan Keamanan PBB, sekitar 6 April mendatang, bahwa mereka dibawa ke Rusia “hanya karena kami ingin menghindarkan mereka dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh kegiatan militer.”

Ketika ditanya apakah Rusia berencana mengembalikan anak-anak itu, Nebenzia menjawab: “Ketika kondisi sudah aman, tentu saja. Kenapa tidak?” [rd/rs]