Rusia Dukung Gencatan Senjata 2 Hari di Aleppo

Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov berbicara di Moskow (foto: dok).

Rusia Kamis (29/9) menyatakan mendukung gencatan senjata 48 jam di Aleppo, kota di Suriah Utara, tetapi tidak lagi mendukung gencatan senjata yang lebih lama yang diusulkan Amerika Serikat.

Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan, gencatan senjata sepekan akan memberi waktu militan untuk menggalang kembali kekuatan dan menambah pasokan.

Pernyataan itu dikemukakan sehari setelah Menlu AS John Kerry menyampaikan kepada Menlu Rusia Sergei Lavrov bahwa Washington sedang bersiap untuk menangguhkan dialog bilateralnya dengan Rusia mengenai Suriah, kecuali jika Moskow mengambil langkah-langkah segera untuk mengakhiri serangan terhadap Aleppo dan memulihkan gencatan senjata yang disepakati kedua negara itu pada 9 September lalu.

Juru bicara Kerry, John Kirby, dalam pernyataannya mengemukakan, Menlu Kerry telah menjelaskan bahwa Amerika Serikat dan mitra-mitranya menganggap Rusia bertanggungjawab atas situasi di Aleppo, termasuk penggunaan bom bakar serta bom-bom penyerang bunker di perkotaan. Ini merupakan eskalasi drastis yang membuat rakyat sipil dalam ancaman besar, lanjutnya.

Kedua negara telah berupaya berulang kali dalam konflik Suriah yang berlangsung lima tahun ini untuk menggunakan pengaruh mereka terhadap pihak-pihak yang berlawanan, dalam upaya mendorong pembicaraan perdamaian dan perjanjian gencatan senjata. Tetapi sebagaimana kesepakatan terbaru mengenai Aleppo, perjanjian gencatan senjata itu gagal karena pertempuran berlanjut.

Kirby Rabu juga menyatakan bahwa aliansi Rusia dengan militer Suriah pimpinan Presiden Bashar al-Assad meningkatkan ancaman serangan teror di wilayah Rusia.

Sementara itu jurubicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova juga dikutip media Rusia menyatakan bahwa Amerika tidak memenuhi komitmen-komitmennya dalam perjanjian gencatan senjata untuk memisahkan kelompok-kelompok pemberontak Suriah yang moderat dengan militan yang terlibat dalam perang multipihak ini.

Penghentian pertempuran juga akan memberi kesempatan bagi masuknya bantuan makanan dan obat-obatan ke penduduk Aleppo. Serangan-serangan udara Rabu lalu di kota itu menghantam dua rumah sakit terbesar di bagian timur kota yang dikuasai pemberontak.

Sekjen PBB Ban Ki-moon mengutuk serangan-serangan itu dengan menyebutnya sebagai “kejahatan perang.”

Belum jelas siapa yang bertanggungjawab atas serangan terhadap rumah sakit. Tetapi militer Suriah dan sekutunya, Rusia, beroperasi di kawasan tersebut. [uh/ab]