Rusia Hadapi Sanksi Baru dari AS Terkait Kasus Peracunan

Seorang inspektur dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) tiba untuk mulai melakukan penyelidikan di lokasi penyerangan racun saraf terhadap mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, dan putrinya di Salisbury, Inggris, 21 Maret 2018.

Rusia menghadapi sanksi baru dari Amerika terkait upaya peracunan seorang mantan mata-mata Rusia dan putrinya di Inggris.

Pemerintahan Presiden Donald Trump memberitahu Kongres pada Selasa (6/11), Rusia gagal membuktikan pihaknya patuh kepada traktat global yang melarang senjata biologis dan kimia.

Amerika memberlakukan sanksi terhadap Rusia pada Agustus. Sebuah undang-undang AS yang diberlakukan pada 1991 secara otomatis mengaktifkan putaran sanksi baru.

Tidak jelas bentuk dari sanksi baru itu atau kapan diberlakukan, sehingga membuat gusar ketua dari Komite Luar Negeri, Ed Royce dari Partai Republik.

“Tidak bisa diterima bahwa pemerintahan tidak punya rencana atau jadwal, bagi sanksi wajib putaran kedua ini,” kata Royce pada Selasa. “Tidak mengherankan Vladimir Putin menolak untuk menghentikan penggunaan gas saraf.”

Mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, diracuni pada Maret ketika mereka terpapar dengan gas saraf dari era Soviet, Novichok, di Salisbury, Inggris.

Inggris telah menuduh dua agen intelijen militer Rusia sebagai pelakunya.

Rusia membantah keterlibatan dalam kasus ini. [jm]