Rusia, Senin (17/7) menyatakan menghentikan keikutsertaannya dalam perjanjian yang telah berjalan hampir setahun ini yang memfasilitasi ekspor biji-bijian dari tiga pelabuhan Ukraina di Laut Hitam.
PBB dan Turki memperantarai Prakarsa Biji-Bijian Laut Hitam di tengah krisis pangan global, dalam upaya memfasilitasi ekspor yang terhalang oleh perang yang dilancarkan Rusia di Ukraina.
Sebelum kesepakatan itu kedaluwarsa pada hari Senin, Rusia telah mengatakan tidak cukup diuntungkan oleh prakarsa tersebut.
Sebuah nota kesepahaman paralel antara Moskow dan PBB telah berupaya menghilangkan berbagai hambatan bagi ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia. Meskipun bahan makanan dan pupuk tidak termasuk yang dikenai sanksi Barat, berbagai upaya telah dilakukan untuk meredakan kekhawatiran pihak bank, asuransi, pengirim dan berbagai sektor swasta lainnya untuk berbisnis dengan Rusia.
Salah satu tuntutan utama Rusia adalah agar bank pertaniannya dipulihkan ke sistem transaksi keuangan Swift. “Sayangnya, bagian dari perjanjian Laut Hitam yang berkenaan dengan keprihatinan Rusia ini belum diimplementasikan sejauh ini, jadi efeknya adalah penghentiannya,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan. “Begitu bagian Rusia dalam perjanjian itu dipenuhi, pihak Rusia akan kembali pada penerapan kesepakatan ini, segera.”
PBB mengatakan sejak ekspor dimulai pada Agustus 2022, 32,9 metrik ton komoditas pangan diekspor ke 45 negara. Para pakar mengatakan tidak diperpanjangnya perjanjian itu dapat menyebabkan lonjakan harga pangan.
Kapal terakhir yang meninggalkan Ukraina berdasarkan perjanjian tersebut meninggalkan sebuah pelabuhan Ukraina pada hari Minggu.
Jembatan Krimea
Rusia mengatakan serangan Ukraina pada hari Senin terhadap jembatan yang menghubungkan wilayah Krasnodar, Rusia, ke Semenanjung Krimea, menewaskan sepasang warga sipil dan seorang anak mereka. Serangan itu juga merusak permukaan jalan di jembatan itu dan menghentikan lalu lintas di sana.
Komite Antiterorisme Rusia mengaikutkan serangan itu dengan dua drone laut Ukraina.
Jembatan itu menjadi penghubung utama untuk memasok pasukan Rusia dalam invasi mereka ke Ukraina.
Pihak berwenang Rusia mengatakan serangan itu merusak bagian jembatan yang lebih dekat ke Krimea, wilayah yang diduduki Rusia pada tahun 2014, suatu langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional.
Jembatan itu sebelumnya rusak akibat ledakan Oktober lalu yang oleh Rusia disebut dilakukan oleh Ukraina.
Juru bicara Dinas Keamanan Ukraina Artem Degtyarenko mengemukakan dalam sebuah pernyataan bahwa rincian mengenai insiden tersebut akan diungkapkan setelah Ukraina menang perang. [uh/ab]