Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan perang Rusia yang tidak beralasan dan sedang berlangsung di negaranya adalah “malapetaka” yang membahayakan seluruh Eropa. Kremlin tampaknya telah membatalkan rencana untuk menduduki ibu kota Kyiv di tengah perang yang kini memasuki bulan kedua. Negara-negara Barat menggambarkan tentara Rusia yang mundur sebagai penjahat perang, merujuk pada dugaan kekejaman – mulai dari pemerkosaan hingga pembunuhan ala eksekusi terhadap warga sipil.
Video baru dari Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim awak penerbangan yang sedang menghancurkan satu kendaraan tempur lapis baja dan beberapa unit pertahanan udara. VOA belum dapat mengukuhkan video itu secara independen.
Kremlin terus mengklaim bahwa pihaknya hanya menarget personil dan fasilitas militer saja, tetapi video dan foto-foto yang sudah diverifikasi kebenarannya menunjukkan gambaran berbeda. Terutama yang berasal dari lokasi ledakan sebuah stasiun kereta api di kota Kramatorsk pekan lalu. Puluhan warga sipil tewas dalam serangan itu. Rusia menolak bertanggung jawab, dan sebaliknya malah menyalahkan Ukraina sebagai pihak yang menyerang dirinya sendiri sebagai provokasi.
BACA JUGA: PBB: Serangan Rudal terhadap Stasiun Kereta Api ‘Sama Sekali Tak Dapat Diterima’Serangan di Kramatorsk itu disusul temuan korban warga sipil di jalan-jalan dan beberapa kuburan di kota Bucha, di pinggiran Kyiv.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan dalam acara “This Week” di stasiun televisi ABC mengatakan pihak intelijen Amerika sudah memperkirakan hal ini.
“Ada rencana dari tingkat tertinggi pemerintah Rusia untuk menarget warga sipil yang menentang invasi, untuk melakukan kekerasan terhadap mereka, untuk mengorganisir upaya brutal meneror penduduk dan menaklukkan mereka,” kata Sullivan.
Dalam pidatonya baru-baru ini, Presiden Ukraian Volodymyr Zelenskyy memperingatkan agresi Rusia di negaranya – sesuatu yang disebutnya sebagai genosida – mengancam masa depan Eropa. Meskipun masih membeli sumber energi dari Rusia, negara-negara Eropa tetap menjadi pendukung setia Ukraina.
Dalam program “State of the Union” di stasiun televisi CNN, anggota Komite Angkatan Bersenjata DPR, Liz Cheney mengatakan sudah waktunya Eropa berhenti membeli energi dari Rusia.
“Kita perlu melakukan segala yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dalam negeri sendiri, untuk membantu memastikan bahwa kita dapat memasok mereka (Eropa) sebanyak mungkin. Tetapi mereka juga perlu memahami bahwa setiap saat, setiap hari, ketika mereka terus mengimpor minyak dan gas Rusia, maka mereka mendanai genosida yang dilakukan Presiden Vladimir Putin di Ukraina,” ujarnya.
BACA JUGA: Laporan Pro-Rusia Diminati di Indonesia, Pertimbangan Bisnis atau Keberhasilan Propaganda Rusia?Sejumlah warga Ukraina yang beruntung dapat melarikan diri dari perang terus tiba di kamp di seberang perbatasan Polandia. Tetapi banyak yang masih terjebak di tempat-tempat seperti kota pelabuhan Mariupol yang terkepung tanpa harapan.
Ketua Komite Palang Merah Internasional di Ukraina, Pascal Hundt, menjelaskan kepada SKY News. “Kami pergi ke kota Mariupol dengan bus. Kami terus bergerak, mencoba dan mencoba lagi. Namun sayangnya situasi di sekitar Mariupol terlalu berbahaya. Kondisi keamanan tidak baik. Jaminan keamanan yang kami dapatkan juga tidak meyakinkan. Jadi sekitar 20 kilometer sebelum mencapai Mariupol kami harus kembali."
Di tempat lain, di kota Borodyanka, warga mengatakan orang-orang yang mereka cintai telah terkubur dalam puing-puing selama berminggu-minggu dan rumah-rumah mereka porak poranda setelah pasukan Rusia meninggalkan kota. Ini merupakan pemandangan yang semakin umum ketika pasukan Rusia secara khusus menarget warga sipil, meskipun Kremlin mengklaim sebaliknya. [em/jm]