Rusia Minta PBB Buka Penyelidikan Baru Pesawat MH-17

Wakil Ketua Badan Penerbangan Federal Rusia, Oleg Storchevoy (foto: dok).

Wakil Ketua Badan Penerbangan Federal Rusia “Rosaviatsiya” Rabu (14/10) membantah hasil penyelidikan Belanda dan mengatakan Rusia berhak memulai penyelidikan baru atas bencana MH17 di Ukraina.

Rusia meminta Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) untuk membuka penyelidikan baru atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH-17 tahun lalu di Ukraina Timur.

Berbicara di Moskow hari Rabu (14/10), Wakil Ketua Badan Penerbangan Federal Rusia “Rosaviatsiya” Oleg Storchevoy secara tegas membantah hasil penyelidikan Belanda dan mengatakan Rusia berhak “memulai penyelidikan baru atas bencana itu”.

Oleg Storchevoy mengatakan laporan itu tidak berlandaskan fakta-fakta, yang mengukuhkan kredibilitas dan nilai penyelidikan yang dilakukan. Kualitas penyelidikan itu tidak memuaskan kami dan dalam pandangan kami, penyelidikan itu melanggar standar ICAO”.

Dalam laporan yang disiarkan hari Selasa (13/10), panel penyelidik yang dipimpin Belanda – tentang jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH-17 – menyatakan pesawat itu ditembak jatuh oleh misil darat-ke-udara buatan Rusia. Tetapi Storchevoy mengatakan tidak ada bukti apapun yang mendukung hal ini.

Oleg Storchevoy mengatakan faktanya pada lapisan luar pesawat Boeing 777 itu tidak satu lubang pun yang menunjukkan bahwa pesawat itu ditembak oleh misil BUK M1. Tidak ada kerusakan yang bisa memastikan bekas tembakan misil, semacam pecahan peluru berbentuk kupu-kupu”.

Pesawat Boeing 777 itu jatuh tanggal 17 Juli 2014 di Ukraina Timur, wilayah pertempuran antara pasukan pemerintah Ukraina dan kelompok pemberontak yang didukung Rusia. Insiden itu menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 298 orang.

Sekitar dua per tiga penumpang pesawat dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur itu adalah warga negara Belanda. Sisanya warga negara Australia, Belgia, dan Malaysia. Wakil-wakil tiap negara yang menjadi korban ikut serta dalam panel penyelidik itu.

Panel penyelidik Belanda memang tidak secara langsung menyalahkan pihak tertentu sebagai penyebab jatuhnya pesawat, meskipun pihak Barat curiga bahwa kelompok pemberontak yang didukung Rusia di Ukraina Timur menembak jatuh pesawat itu, karena keliru mengiranya sebagai pesawat militer. Penyelidikan selama 15 bulan itu hanya berhasil mengidentifikasi wilayah seluas 320 kilometer persegi yang dikatakan sebagai tempat peluncuran misil darat ke udara tersebut.

Pabrik misil milik pemerintah Rusia – Almaz-Antey – hari Selasa mengatakan penyelidikan yang dilakukannya menunjukkan bahwa misil Buk itu ditembakkan dari kota Zaroshenske, yang ketika itu dikuasai oleh pemerintah Ukraina. [em/ii]