Samarkand adalah kota di Uzbekistan yang pernah menghubungkan negara-negara Eropa Selatan dengan China melalui Jalur Sutra. Kota kuno ini menjadi ajang pertemuan yang sarat nuansa geopolitik.
Minggu ini, Samarkand menjadi tuan rumah KTT Organisasi Kerjasama Shanghai, di mana Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari China, Xi Jinping, akan bertemu untuk pertama kalinya sejak Rusia menginvasi Ukraina.
Rusia telah melirik ke China untuk membantunya dari sanksi internasional dan memperkuat hubungan. Tetapi, sejumlah analis menilai, hubungan mereka tidak setara. Pasalnya, menurut analis, China melihat Rusia sebagai mitra politik, bukan mitra ekonomi.
Alexey Malashenko dari Institut Penelitian Dialog Peradaban di Moskow menyampaikan pandangannya melalui Skype. “Berapa volume perdagangan antara Rusia dan China? Bukankah China mitra terbaik Rusia? Hanya 143 miliar dolar!
Bandingkan dengan volume perdagangan antara China dan Amerika. Mereka bermusuhan, tetapi nilai perdagangan mereka 700 miliar dolar.”
Rusia mungkin bukan mitra dagang terbesar China. Tetapi negara itu kini adalah mitra politik terbesar Rusia.
Setidaknya, itu menurut Kirill Babaev, Direktur Institut China dan Asia Modern. "Dalam hal urusan geopolitik, Rusia dan China memiliki pandangan yang sama tentang Barat dan kawasan Asia-Pasifik," ujarnya.
Kedua negara juga bermusuhan dengan Amerika.
“Rusia dan China memiliki lawan bersama yang penting: Amerika Serikat. Hubungan Amerika dengan Rusia benar-benar rusak, sedangkan hubungan dengan China terus memburuk. Itu secara alami membuat Rusia dan China lebih dekat satu sama lain,” imbuh Babaev.
BACA JUGA: Putin dan Xi akan Bertemu di Uzbekistan Pekan DepanIni akan menjadi perjalanan pertama pemimpin China ke luar negeri sejak krisis COVID dimulai, dan keputusan mengadakan pertemuan di Uzbekistan menyoroti pentingnya daerah itu secara strategis.
Alexey Malashenko mengatakan, “Asia Tengah juga merupakan wilayah transit. Itu yang pertama. Yang kedua, ada kepentingan ekonomi China yang nyata. Itu cukup jelas. Tetapi, menurut saya, China adalah semacam 'filsuf politik'. Bagaimanapun juga, mereka sangat menyadari bahwa Asia Tengah tidak akan pernah lepas dari pengaruh mereka.”
Sementara Rusia terisolasi dari Barat, dan China berusaha keras menyeimbangkan antara politik dan bisnis, Rusia berharap akan menggunakan pertemuan antara Putin dan Xi untuk memperkuat satu-satunya jembatan yang tersisa sejak keputusan negara itu menyerang Ukraina. [ka/jm]