Indeks bursa saham di Amerika dan Asia anjlok hari Jumat (2/8) sebagai reaksi pengumuman Presiden Donald Trump bahwa ia akan menaikkan tarif barang-barang China bernilai 300 milyar dolar dengan 10 persen lagi.
Pejabat pemerintahan Trump mengatakan bahwa bursa saham bereaksi berlebihan dan menambahkan, konsumen Amerika tidak akan merasakan dampak naiknya harga-harga itu.
“Beban ekonomi sebagian besar akan jatuh pada China,” kata Direktur Dewan Ekonomi Nasional Larry Kudlow hari Jumat.
BACA JUGA: Trump Kenakan Tarif Tambahan 10% untuk Barang China Senilai AS$ 300 miliarMenurut Kudlow, perusahaan-perusahaan China terpaksa memangkas harga barang-barang supaya bisa bersaing, dan ini "telah sangat mengurangi keuntungan dan perekonomian mereka.”
Para pakar mengatakan konsumen Amerika harus membayar lebih mahal untuk membeli telpon pintar, pakaian jadi dan mainan dalam musim belanja natal nanti. Wakil-wakil industri perdagangan juga menyatakan keprihatinan yang kuat.
“Kita akan rugi,” kata Rick Helfenbein, CEO Asosiasi pedagang pakaian jadi dan sepatu Amerika. “Tariff ini sama artinya dengan pajak bagi konsumen Amerika,” katanya.
Pemerintah China juga bisa membalas tindakan Amerika itu. “China telah menetapkan tariff bagi barang-barang buatan Amerika, dan saya kira mereka juga akan menaikkan lagi tariff itu,” kata wakil direktur Lembaga riset Cato, Simon Lester.
“Banyak perusahaan Amerika yang beroperasi di China, dan kehidupan mereka bisa menjadi lebih sulit kalau China mengeluarkan sejumlah peraturan baru.”
BACA JUGA: China Kritik Rencana Kenaikan Tarif yang Diusulkan TrumpPejabat China memberikan reaksi yang lebih keras hari Jumat.
“Posisi China sudah jelas. Kalau Amerika mau berunding, mari kita berunding. Kalau mau berkelahi, kita juga akan berkelahi,” kata Dutabesar China yang baru untuk PBB, Zhang Jun kepada wartawan di New York.
Trump mengumumkan perundingan dagang dengan China akan dilanjutkan di Amerika tanggal 1 September mendatang. (ii)