Satu Lagi, Perempuan China Mengandung Bayi Hasil Rekayasa Gen

Ilmuwan He Jiankui menunjukkan buku "The Human Genome", yang dia edit di perushaannya Direct Genomics di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China, 4 Agustus 2016.

Polisi China akan menginvestigasi seorang ilmuwan yang mengklaim berhasil merekayasa gen bayi untuk pertama kalinya, menurut media setempat, Senin (21/1), seperti dikutip kantor berita AFP. Pihak berwenang juga mengkonfirmasi perempuan kedua hamil pada eksperimen tersebut.

He Jiankui mengejutkan komunitas sains tahun lalu setelah mengumumkan ia berhasil merekayasa gen bayi kembar perempuan yang lahir pada November agar mereka tidak tertular HIV.

Dalam forum genom manusia di Hong Kong, He mengungkapkan bahwa ada “potensi kehamilan lainnya” yang melibatkan pasangan kedua yang ikut melakukan eksperimen.

Sebuah investigasi pemerintah provinsi mengkonfirmasi keberadaan ibu kedua dan perempuan tersebut masih mengandung, kantor berita Xinhua melaporkan.

Perempuan yang tengah mengandung tersebut dan bayi kembar perempuan dari kehamilan pertama akan diobservasi.

Penyelidik pemerintah provinsi mendapati He telah “memalsukan dokumen ulasan etika” dan “secara sengaja menghindari pengawasan,”.

Ia “diam-diam” memimpin sebuah tim proyek yang termasuk staf asing dan menggunakan “teknologi yang keamanan dan efektifitasnya tidak jelas” untuk merekayasa gen embrio manusia secara illegal, menurut hasil penyelidikan.

Para penyelidik mengatakan pada Xinhua bahwa sang peneliti “mengejar ketenaran pribadi” dan menggunakan “dana swadaya” untuk eksperimen kontroversial tersebut.

Menurut para penyelidik, delapan pasangan sukarelawan -- ayah positif HIV dan ibu negatif HIV – mendaftar untuk eksperimen tersebut, dan satu pasangan lainnya membatalkan keikutsertaan mereka.

Reaksi keras dari dunia sains

Detil dari eksperimen – yang belum diverifikasi secara independen– langsung memicu reaksi keras dari komunitas sains internasional dan pemerintah China memerintahkan He untuk menghentikan penelitiannya, beberapa hari setelah hasil eksperimen tersebut diumumkan.

Rekayasa gen serupa dilarang di banyak negara, termasuk di China.

Dia akan “ditangani secara serius menurut hukum yang semestinya,” dan kasusnya akan “diserahkan ke badan pengamanan organ publik untuk ditangani,” kata Xinhua.

Saat berbicara di Konferensi Tingkat Tinggi genom di Hong Kong pada November, He mengatakan “bangga” telah mengubah gen bayi-bayi tersebut, mengingat stigma yang menempel pada pasien AIDS di China.

Protes publik atas eksperimennya juga menarik perhatian pada epidemi HIV yang berkembang di China, di mana terjadi lonjakan dratis dalam beberapa tahun terakhir.

He adalah lulusan Stanford University di Amerika Serikat lalu direkrut kembali ke China sebagai bagian dari “Rencana Seribu Talenta” negara tersebut, untuk mengembalikan orang-orang pintar ke negara tersebut, menurut resume He yang dipublikasikan di situs web Southern University of Science and Technology (SUSTech) di Kota Shenzhen.

SUSTech mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah memecat He dan menyebutkan eksperimennya “sangat melanggar etika akademik”.

He mengatakan DNA bayi kembar tersebut telah diubah menggunakan CRISPR, sebuah metode yang memungkinkan ilmuwan memisahkan gen tertentu dari DNA.

Para pakar mengkhawatirkan campur tangan terhadap embrio bisa membahayakan, bukan hanya individu tersebut, tapi juga keturunannya. Mereka juga menyebutkan terlalu banyak ketidakpastian ilmiah dan teknis dalam eksperimen tersebut.

Setelah kericuhan yang dipicu oleh pengumuman He, para Ilmuwan telah menyerukan dibuatnya perjanjian internasional mengenai rekayasa gen.[dw/ft]