Satu anak perempuan tewas dan 15 orang lainnya luka-luka akibat gempa berkekuatan 6,0 Skala Richter di Aceh.
Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyatakan satu orang tewas dan 15 warga lainnya mengalami luka serius akibat gempa berkekuatan 6,0 Skala Richter pada Selasa (22/1).
Kepala BPBA Jarwansyah saat dihubungi VOA di lokasi bencana mengatakan, pihaknya terus melakukan inventarisasi kerugian yang ditimbulkan akibat gempa yang melanda kabupaten Pidie.
“Korban meninggal satu orang, 15 orang luka-luka, 231 unit rumah rusak, yang 150 unit rusak berat,” ujar Jarwansyah.
Korban meninggal adalah seorang anak perempuan berusia sembilan tahun yang terkena reruntuhan bangunan rumah.
Menurut Jarwansyah selain merusak rumah warga, gempabumi juga merusak dua meunasah (balai warga), delapan masjid, dua kantor camat, dua puskesmas, dan 20 sekolah.
Jarwansyah menambahkan, pemerintah Aceh akan membantu pembangunan kembali rumah warga yang rusak tertimpa bencana.
“Gubernur [Zaini Abdullah] telah menerima proposal rehabilitasi termasuk dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang di perjalanan melihat kondisi di lapangan,” ujarnya.
Menurut Jarwansyah puluhan warga yang trauma masih mengungsi di tempat yang dianggap cukup aman seperti posko BPBA dan dapur umum, dengan didampingi petugas kesehatan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) mengatakan, gempa pertama 6,0 SR terjadi pada pukul 05.22 WIB Selasa (22/1) di kawasan Gempang, kabupaten Pidie. BMKG mencatat terjadi 20 kali gempa susulan dengan skala antara 3 hingga 5 Skala Richter.
Gempa dirasakan pula oleh warga di sejumlah kabupaten/kota, terutama di Banda Aceh, kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Bireuen dan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
Nurrachma Ibrahim, 27, warga Meureudu di kabupaten Pidie Jaya mengatakan, guncangan yang cukup kuat sempat membuat warga sekitar panik.
”Inginnya kita warga mendapat aba-aba , semacam pemberitahuan dari pemerintah [setempat] untuk menenangkan warga. Sejauh ini informasi apapun tidak dapat,” ujarnya.
Para Pakar dari Pusat Riset Mitigasi dan Bencana Tsunami (Tsunami & Disaster Mitigation Research Center -TDMRC) Universitas Syiah Kuala mengatakan gempa yang terjadi Selasa (22/1) merupakan gempa yang bersumber dari sesar Sumatera terjadi di darat.
Kepala BPBA Jarwansyah saat dihubungi VOA di lokasi bencana mengatakan, pihaknya terus melakukan inventarisasi kerugian yang ditimbulkan akibat gempa yang melanda kabupaten Pidie.
“Korban meninggal satu orang, 15 orang luka-luka, 231 unit rumah rusak, yang 150 unit rusak berat,” ujar Jarwansyah.
Korban meninggal adalah seorang anak perempuan berusia sembilan tahun yang terkena reruntuhan bangunan rumah.
Menurut Jarwansyah selain merusak rumah warga, gempabumi juga merusak dua meunasah (balai warga), delapan masjid, dua kantor camat, dua puskesmas, dan 20 sekolah.
Jarwansyah menambahkan, pemerintah Aceh akan membantu pembangunan kembali rumah warga yang rusak tertimpa bencana.
“Gubernur [Zaini Abdullah] telah menerima proposal rehabilitasi termasuk dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang di perjalanan melihat kondisi di lapangan,” ujarnya.
Menurut Jarwansyah puluhan warga yang trauma masih mengungsi di tempat yang dianggap cukup aman seperti posko BPBA dan dapur umum, dengan didampingi petugas kesehatan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) mengatakan, gempa pertama 6,0 SR terjadi pada pukul 05.22 WIB Selasa (22/1) di kawasan Gempang, kabupaten Pidie. BMKG mencatat terjadi 20 kali gempa susulan dengan skala antara 3 hingga 5 Skala Richter.
Gempa dirasakan pula oleh warga di sejumlah kabupaten/kota, terutama di Banda Aceh, kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Bireuen dan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
Nurrachma Ibrahim, 27, warga Meureudu di kabupaten Pidie Jaya mengatakan, guncangan yang cukup kuat sempat membuat warga sekitar panik.
”Inginnya kita warga mendapat aba-aba , semacam pemberitahuan dari pemerintah [setempat] untuk menenangkan warga. Sejauh ini informasi apapun tidak dapat,” ujarnya.
Para Pakar dari Pusat Riset Mitigasi dan Bencana Tsunami (Tsunami & Disaster Mitigation Research Center -TDMRC) Universitas Syiah Kuala mengatakan gempa yang terjadi Selasa (22/1) merupakan gempa yang bersumber dari sesar Sumatera terjadi di darat.