Apa yang Membuat Nyamuk Tertarik Menggigit Anda

Nyamuk Aedes aegypti.

Ada orang yang tampaknya lebih sering digigit nyamuk dibanding orang lain.

Kini para ilmuwan telah menunjukkan bahwa dugaan tersebut benar adanya, dan mereka mengatakan jawabannya ada pada gen manusia. Diharapkan riset dapat menghasilkan obat yang dapat mencegah penyakit seperti malaria.

"Kami memutuskan untuk melihat studi ini menggunakan pasangan kembar, di mana kami membandingkan siapa yang menarik menggunakan kembar identik dan kembar yang tidak identik," kata Dr. James Loga dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Dalam kerjasamanya dengan University of Florida, Logan dan timnya melangsungkan serangkaian percobaan menggunakan 18 pasangan kembar perempuan identik dan 19 non-identik.

Nyamuk dilepas dalam tabung berbentuk Y, dan memiliki siapa di antara pasangan kembar yang mereka ingin gigit, di kiri atau di kanan. Pasangan kembar identik memiliki daya tarik yang sama di mata nyamuk, sementara kembar non-identik, berbeda.

"Ini menunjukkan bahwa daya tarik manusia bagi nyamuk dikendalikan oleh gen kita," kata Logan.

"Kami tahu bahwa mereka yang tidak menarik bagi nyamuk, memproduksi zat penolak yang alami. Jadi tampaknya gen lah yang mengontrol seberapa menarik kita, dan mengendalikan aroma yang diproduksi oleh tubuh kita," katanya.

Para peneliti melakukan studi lebih lanjut, yang mereka harapkan dapat menghasilkan perawatan pencegah bagi penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk.

"Begitu kami mengetahu bahwa ini melibatkan gen, kami kemungkinan akan dapat menilai tingkatan risiko populasi terhadap gigitan nyamuk dan kemudian risiko penyakit seperti malaria atau demam berdarah," kata Logan.

Obat yang dapat memicu tubuh untuk memproduksi penolak - yang membuat nyamuk tidak tertarik menggigit - kemudian dapat dikembangkan untuk mengusir nyamuk, tambahnya.

Nyamuk membawa berbagai penyakit seperti malaria, yang menewaskan ratusan ribu orang per tahun.

Berkat berbagai langkah pencegahan dan obat-obatan baru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan penurunan 47 persen kematian akibat malaria dalam satu dekade terakhir, atau setara dengan pencegahan kematian 3,9 juta anak-anak di seluruh dunia.

"Saya bahkan dapat menyebutnya kemajuan yang melebihi perkiraan, dalam pemberantasan penyakit malaria. Tapi penyebaran parasit tetap berlangsung di 97 negara, yang berarti sekitar 3,2 miliar orang tetap berisiko terinfeksi," menurut Prof. Pedro L. Alonso, direktur program malaria WHO.

Banyak teori-teori berdasarkan anekdot mengenai bagaimana mencegah diri dari gigitan nyamuk, mulai dari memakan bawang putih, meminum bir, hingga mengkonsumsi vitamin B dalam dosis tinggi.

Tapi para ilmuwan ini mengatakan tidak ada bukti bahwa konsumsi makanan tertentu akan membuat nyamuk enggan menggigit.