Sebagian Besar Warga AS Dukung Demonstran Iran

Demonstran berkumpul di luar Gedung Putih untuk memprotes rezim Iran, di Washington, 22 Oktober 2022, setelah kematian Mahsa Amini dalam tahanan "polisi moral." (Foto: AP)

Tewasnya Mahsa Amin, perempuan Iran-Kurdi usia 22 tahun ketika ditahan oleh polisi moralitas Iran, telah memicu protes selama hampir dua bulan di setiap provinsi di seluruh Iran.

Video di media sosial memperlihatkan perempuan Iran membakar hijab mereka, memotong rambut di hadapan publik dan berteriak, “Mati untuk dictator.”

Namun, tidak hanya di Iran di mana gelombang protes ini meletup.

“Ada ribuan warga Amerika di Washington DC, Los Angeles, dan di seluruh negari yang meneriakkan slogan-slogan yang sama dan membawa poster sama seperti rakyat Iran yang tertindas,” kata Majid Sadghpour, direktur politik di Organisasi Komunitas Iran-Amerika. “Amerika memberikan perhatian.”

BACA JUGA: AS, Kanada Nyatakan Dukungan untuk Demonstran Iran

Fokus internasional terpusat pada rakyat Iran sementara pemerintah di sana semakin meningkatkan penumpasan.

Iran Human Rights, sebuah kelompok berbasis di Norwegia, melaporkan sejak minggu lalu, 234 orang, termasuk 29 anak-anak telah dibunuh oleh pasukan keamanan.

Selain itu penguasa Iran telah mengumumkan mereka akan melakukan sidang pengadilan publik terhadap 1000 pemrotes yang ditahan di Tehran.

Shooka Scharm adalah seorang pengacara keturunan Iran yang berbasis di California. Orang tuanya melarikan diri dari negara itu tidak lama setelah revolusi 1979, dan dia yakin bahwa setelah puluhan tahun menyaksikan kekejaman penguasa Iran, pandangan warga Amerika beralih.

Protes terhadap rezim Iran, di Los Angeles, pada Sabtu, 22 Oktober 2022, menyusul kematian Mahsa Amini dalam tahanan "polisi moral" Iran. (Foto: AP)

“Kita biasanya membayangkan orang Iran sebagai penyandera Kedutaan Besar AS di Tehran, dan bagaimana mereka menembak jatuh sebuah pesawat penumpang Ukraina pada 2020,” katanya kepada VOA.

“Namun, apa yang akhirnya disaksikan Amerika adalah rejim ini melakukan kekejaman terhadap rakyatnya sendiri, sebuah rejim yang menyerang universitas dan menembaki perempuan di jalan-jalan.

“Sebagai sesama manusia hal itu membuat kita pedih,” kata Scharm. “Namun, juga sebagai orang Amerika, kita harus mendukung sebuah gerakan yang berusaha mengganti rejim yang menciptakan slogan ‘Kematian untuk Amerika!’ dengan sebuah demokrasi yang akan mendukung prioritas kita seperti kebebasan dan keamanan nuklir.” [jm/lt]