Sebuah panel yang ditunjuk perdana menteri Thailand untuk menyelidiki kasus tabrak lari pewaris bisnis minuman energi Red Bull mengungkapkan temuan yang sudah banyak diperkirakan sebelumnya pada sebuah konferensi pers, Selasa (1/9).
Vicha Mahakhun, mantan hakim agung yang mengetuai panel yang disebut Komisi Penyelidikan Faktual dan Hukum itu, mengatakan, ada konspirasi yang melibatkan beberapa pejabat pemerintah, sejumlah pengacara dan seorang jaksa untuk melindungi Vorayuth Yoovidhya dari gugatan hukum terkait insiden yang menelan korban jiwa itu.
Laporan yang disampaikan panel itu mengatakan, wakil jaksa agung telah bertindak melanggar hukum karena dengan sengaja melindungi Vorayuth yang biasa disebut Boss itu. Sementara itu, masih menurut laporan tersebut, komisaris polisi dinilai tidak memberikan bantuan yang memadai dalam penyelidikan itu.
Panel tersebut mengatakan, semua yang terlibat dalam konspirasi tersebut harus dikenai gugatan hukum. Menurut panel itu, wakil jaksa agung dan komisaris polisi itu tidak bisa mengingkari tanggung jawab karena mereka adalah pemimpin di lembaga mereka masing-masing.
Vicha mengatakan, konspirasi untuk melindungi Vorayuth termasuk menyediakan bukti palsu, menutup-nutupi keberadaannya dan menunda-nunda kasus. Karena konspirasi tersebut, kata Vicha, Kejaksaan Thailand secara resmi pernah mencabut semua gugatan terhadap Vorayuth.
Beberapa tuduhan memang telah habis masa berlakunya untuk bisa diproses pengadilan, sementara tuduhan berkendaraan secara ceroboh sehingga mengakibatkan kematian masih berlaku hingga sekitar delapan tahun lagi.
BACA JUGA: Kejaksaan Thailand Cabut Gugatan Terhadap Pewaris Red BullKasus Vorayuth menarik banyak perhatian karena ada persepsi bahwa orang kaya dan mereka yang memiliki banyak koneksi memiliki kekebalan dalam sistem pengadilan Thailand. Para petinggi di pengadilan, seperti di lembaga-lembaga pemerintah lain, dalam beberapa tahun belakangan juga dituduh bersikap bias dalam politik.
Keluarga Vorayuth memiliki setengah kerajaan bisnis Red Bull, yang didirikan bersama oleh kakeknya. Majalah Forbes menempatkan mereka sebagai keluarga terkaya ke-dua di Thailand dengan nilai kekayaan 20,2 miliar dolar.
Vorayuth ditangkap terkait kecelakaan pada 3 September 2012. Ia diduga mengebut dengan Ferrari di jalanan Bangkok dengan kecepatan 177 kilometer per jam sewaktu menabrak mati polisi bernama Wichean Klunprasert yang saat itu sedang berkendaraan motor.
Vorayuth meninggalkan lokasi kecelakaan tanpa melapor. Penyelidikan menunjukkan, ia kemungkinan pelakunya. Awalnya Vorayuth mengatakan, supirnya yang mengendarai Ferrari itu. Namun, akhirnya ia mengakuinya dan menyerahkan diri ke polisi. [ab/uh]