Para peserta pertemuan internasional yang diadakan PBB mengenai Afghanistan di Qatar, pada Selasa (2/5), sepakat untuk bekerja sama untuk menemukan cara terlibat dengan Taliban, otoritas fundamentalis negara tersebut, dalam isu-isu seperti hak asasi manusia, pemerintahan, kontraterorisme dan upaya anti-narkoba.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan utusan khusus untuk Afghanistan dari hampir dua puluh lebih negara, termasuk Amerika Serikat, China dan Rusia serta organisasi internasional, menghadiri pembicaraan yang dimulai pada Senin (1/5).
Taliban mengecam pertemuan tersebut karena tidak menyertakan mereka. Sebelumnya dalam konferensi pasca-pertemuan di ibu kota Qatar, Doha, Guterres mengatakan pertemuan tersebut adalah tentang mencari "pendekatan internasional bersama" dan bukan tentang pengakuan terhadap pemerintah Taliban.
Klarifikasi tersebut berasal dari saran pejabat senior PBB menjelang pertemuan Doha bahwa para peserta juga akan membahas pengakuan pemerintah khusus laki-laki Taliban.
Taliban merebut kekuasaan pada Agustus 2021 ketika pasukan AS dan NATO meninggalkan negara itu setelah hampir dua dekade terlibat dalam perang dengan Taliban yang ketika itu memberontak.
Belum ada pemerintah asing yang mengakui pemerintahan baru di Kabul, yang dikenal sebagai Imarah Islam Afghanistan, sebagian karena larangan akses perempuan untuk bekerja, memperoleh pendidikan dan dari kehidupan publik.
"Larangan yang diberlakukan saat ini terhadap para perempuan Afghanistan untuk tidak bekerja pada lembaga PBB dan sejumlah organisasi nonpemerintah baik lokal maupun internasional tidak dapat diterima dan membahayakan kehidupan (warga Afghanistan)," ujar Guterres pada Selasa. "Biarkan saya menjelaskannya lebih detail, kami tidak akan pernah berhenti untuk berbicara mengenai serangan sistemis yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap hak-hak perempuan dan anak perempuan."
"Ketika waktunya tepat, saya pasti tidak akan menolak untuk kemungkinan tersebut. Namun hari ini bukanlah waktu yang tepat untuk melakukan itu," tambah Guterres ketika ditanya apakah ia mau untuk menggelar pertemuan langsung dengan Taliban. [my/jm/rs]