Selama Pendanaan Tetap Ada, Epidemi HIV Bisa Dikontrol

Logo tampak di topi seorang wanita yang berdiri dekat biksu Budha yang berjalan untuk mengumpulkan derma, selama pawai peringatan Hari AIDS Sedunia 2013 di Kandawgyi, Yangon (foto: REUTERS/Soe Zeya)

Ilmu pengetahuan tampaknya sekarang mulai menang melawan pertempuran melawan virus human immunodeficiency virus (HIV) yang menyebabkan AIDS. Para pakar yang berkumpul di sebuah konferensi di Paris yang membahas penyakit mematikan mengatakan usulan pemotongan pendanaan global dapat menghambat serangan akhir untuk menanggulangi virus tersebut.

Butuh tiga dekade dari kemunculan obat pertama untuk menghambat awal AIDS hingga tersedianya serangkaian obat yang menyelamatkan banyak pasien yang terinfeksi agar luput dari kematian.

Seorang perawat mengambil darah untuk uji HIV gratis selama kampanye pencegahan HIV yang menandai Hari AIDS Sedunia di Lima, Peru

Konferensi tentang AIDS, yang diselenggrakan di Paris, mencerminkan optimisme tentang berbagai bentuk perawatan yang baru dan keprihatinan tentang usulan untuk memotong pendanaan, khususnya oleh pemerintah AS.

Walikota Paris, Anne Hidalgo, menyoroti minimnya pendanaan.

“Saya ingin mengingatkan anda semua masih ada kekurangan dana sebesar $7 milyar per tahun dalam usaha untuk menanggulangi AIDS di dunia. Ini dana yang masih harus kita cari. Syukur atas mobilisasi yang kita lakukan, kita bisa menyalurkannya kepada upaya untuk menanggulangi AIDS,” ujar Hidalgo.

Meskipun telah dicapai berbagai kemajuan, virus penyebab AIDS tetap menjadi musuh yang sulit untuk ditanggulangi karena kemampuannya untuk mengembangkan kekebalan terhadap obat tidak seperti virus-virus lain yang sudah ada sebelumnya.

Obat-obat yang baru memungkinkan kita untuk mengendalikan perkembangan virus tersebut, namun obat-obat itu persediannya langka atau tidak terjangkau oleh banyak orang. Para pakar, seperti ketua International AIDS Society, Linda-Gail Bekker, menengarai banyak kasus yang tidak dilaporkan.

Seorang pasien penderita AIDS pada tahap lanjut, terbaring di tempat tidur di Mai Hoa Center untuk para pasien HIV/AIDS di desa An Nhon Tay, Vietnam.

“Kami sadar kami merawat 19,5 juta orang, namun ada sekitar 17 juta orang lainnya yang memerlukan perawatan saat ini dan kami masih belum dapat menjangkau orang-orang itu. Banyak di antara mereka yang berada di kawasan-kawasan seperti Afrika Barat, Afrika Tengah, Eropa Timur, Asia Tengah, yang belum bisa kita jangkau, jadi kondisi ini benar-benar menimbulkan keprihatinan,” ujar Bekker.

Namun, direktur eksekutif UNAIDS, Michel Sibide, menyatakan keoptimisannya.

“Kami menjangkau mereka yang membutuhkan. Kami menyelamatkan banyak nyawa. Karena ini tidak sekedar membuktikan bahwa kita dapat merawat orang-orang namun juga kita perlu untuk mengubah sistem penyaringan secara menyeluruh,” ujar Sibide.

Di antara beberapa keberhasilan yang menjadi perhatian adalah berita baru-baru ini tentang seorang anak Afrika Selatan berusia 10 tahun yang lahir dengan HIV. Setelah menjalani perawatan selama setahun, anak tersebut telah terbebas dari virus untuk lebih dari delapan tahun.

Dengan menyebutkan kasus-kasus serupa selain juga vaksin-vaksin yang menjanjikan yang sedang dikembangkan, para pakar mengatakan akhirnya penyakit tersebut yang telah merenggut nyawa sekitar 35 juta orang mulai dapat tertangani. [ww]