Hampir 40 tahun setelah Perang Vietnam, diperkirakan sekitar 600.000 ton senjata atau amunisi yang tidak meledak masih ada di dalam tanah.
QUANG TRI —
Jumlah bom dan ranjau sisa perang yang dilaporkan ditemukan di Vietnam tengah meningkat dalam tahun-tahun terakhir, seiring dibersihkannya lahan yang terkontaminasi untuk pembangunan. Banyak orang yang mengetahui bahaya tersebut namun kecelakaan terus terjadi dan merenggut nyawa.
Hampir 40 tahun setelah Perang Vietnam, diperkirakan sekitar 600.000 ton senjata atau amunisi yang tidak meledak, disebut juga unexploded ordnance atau UXO, tetap ada di tanah. Pihak berwenang mengatakan mortar, bom dan granat ini telah menewaskan atau melukai sekitar 100.000 orang sejak perang berakhir.
Salah satu provinsi yang paling terkontaminasi adalah Quang Tri, tempat terjadinya banyak pertempuran sengit yang berlokasi di bawah zona demilitarisasi yang suatu kali memisahkan Vietnam Utara dan Selatan.
Meski lembaga-lembaga swadaya masyarakat telah memindahkan benda-benda tersebut dari provinsi itu selama lebih dari 10 tahun, semakin banyak pembangunan dan sistem pelaporan yang lebih baik telah meningkatkan jumlah materi berbahaya yang ditemukan pada tahun-tahun terakhir ini.
Henk Liebenberg adalah manajer operasi teknis untuk Mines Advisory Group (MAG) di Quang Tri, yang telah menghancurkan sekitar 7.500 UXO pada 2009. Pada 2012, kelompok ini menghancurkan lebih dari 17.000.
"Pada Januari kami pergi ke sebuah desa tempat tim pendamping komunitas bekerja dan kami menemukan hampir 50 submunisi yang menurut penduduk lokal ditemukan sekitar 500 meter sampai 600 meter dari tempat mereka tinggal dan bekerja di hutan," ujarnya.
Kelompok-kelompok pembersihan senjata sekarang memiliki saluran telepon khusus supaya warga dapat menghubungi mereka jika menemukan munisi zaman perang. Mereka juga pergi ke rumah-rumah untuk mendapat informasi secara langsung. Hal ini, menurut Liebenberg, merupakan alasan lain kenapa lebih banyak pelaporan.
Bulan lalu, kelompok lain bernama Project Renew dipanggil untuk menghancurkan sebuah mortar Perancis dan granat AS dekat perkebunan akasia hanya beberapa meter dari sebuah taman kanak-kanak.
Pejabat Kantor Pembangunan dan Urusan Publik Ngo Xuan Hien ada di tempat itu. Ia mengatakan bahwa daerah tersebut dikenal karena terkontaminasi oleh UXO.
"Sekitar dua kilometer dari sini adalah benteng Quang Tri yang terkenal karena pertempuran sengit pada 1972, jadi sangat umum ditemukan sisa-sisa UXO berserakan di seluruh tempat," ujarnya.
Banyak orang Vietnam yang mencari sisa-sisa alat tersebut untuk menjualnya sebagai logam bekas, terkadang mengambil risiko besar untuk memindahkan alat peledak secara ilegal dan menjualnya pada penambang batu atau nelayan.
Namun, pejabat MAG Le Van Minh mengatakan jumlah penjual logam bekas telah menurun belakangan ini, sebagian karena perlambatan ekonomi yang menghantam industri konstruksi.
Banyak kelompok pembersihan senjata berkonsentrasi di Quang Tri, meski ada juga yang beroperasi di provinsi-provinsi terdekat. Kesadaran di wilayah lain di negara ini tidak besar dan hasilnya bisa sangat fatal. Pada akhir tahun lalu, dua kecelakaan menewaskan lima anak-anak.
Baik Amerika Serikat maupun Vietnam belum menandatangani Konvensi Pelarangan Ranjau Anti-Personel 1997 atau Konvensi Munisi Rumpun 2008. Para ahli mengatakan bahwa Vietnam sengaja mempertahankan ranjau darat di utara negara tersebut sebagai penghalang melawan Tiongkok, namun negara ini juga telah membuat kemajuan dlaam negosiasi-negosiasi dalam traktat melawan bom rumpun.
Hampir 40 tahun setelah Perang Vietnam, diperkirakan sekitar 600.000 ton senjata atau amunisi yang tidak meledak, disebut juga unexploded ordnance atau UXO, tetap ada di tanah. Pihak berwenang mengatakan mortar, bom dan granat ini telah menewaskan atau melukai sekitar 100.000 orang sejak perang berakhir.
Salah satu provinsi yang paling terkontaminasi adalah Quang Tri, tempat terjadinya banyak pertempuran sengit yang berlokasi di bawah zona demilitarisasi yang suatu kali memisahkan Vietnam Utara dan Selatan.
Meski lembaga-lembaga swadaya masyarakat telah memindahkan benda-benda tersebut dari provinsi itu selama lebih dari 10 tahun, semakin banyak pembangunan dan sistem pelaporan yang lebih baik telah meningkatkan jumlah materi berbahaya yang ditemukan pada tahun-tahun terakhir ini.
Henk Liebenberg adalah manajer operasi teknis untuk Mines Advisory Group (MAG) di Quang Tri, yang telah menghancurkan sekitar 7.500 UXO pada 2009. Pada 2012, kelompok ini menghancurkan lebih dari 17.000.
"Pada Januari kami pergi ke sebuah desa tempat tim pendamping komunitas bekerja dan kami menemukan hampir 50 submunisi yang menurut penduduk lokal ditemukan sekitar 500 meter sampai 600 meter dari tempat mereka tinggal dan bekerja di hutan," ujarnya.
Kelompok-kelompok pembersihan senjata sekarang memiliki saluran telepon khusus supaya warga dapat menghubungi mereka jika menemukan munisi zaman perang. Mereka juga pergi ke rumah-rumah untuk mendapat informasi secara langsung. Hal ini, menurut Liebenberg, merupakan alasan lain kenapa lebih banyak pelaporan.
Bulan lalu, kelompok lain bernama Project Renew dipanggil untuk menghancurkan sebuah mortar Perancis dan granat AS dekat perkebunan akasia hanya beberapa meter dari sebuah taman kanak-kanak.
Pejabat Kantor Pembangunan dan Urusan Publik Ngo Xuan Hien ada di tempat itu. Ia mengatakan bahwa daerah tersebut dikenal karena terkontaminasi oleh UXO.
"Sekitar dua kilometer dari sini adalah benteng Quang Tri yang terkenal karena pertempuran sengit pada 1972, jadi sangat umum ditemukan sisa-sisa UXO berserakan di seluruh tempat," ujarnya.
Banyak orang Vietnam yang mencari sisa-sisa alat tersebut untuk menjualnya sebagai logam bekas, terkadang mengambil risiko besar untuk memindahkan alat peledak secara ilegal dan menjualnya pada penambang batu atau nelayan.
Namun, pejabat MAG Le Van Minh mengatakan jumlah penjual logam bekas telah menurun belakangan ini, sebagian karena perlambatan ekonomi yang menghantam industri konstruksi.
Banyak kelompok pembersihan senjata berkonsentrasi di Quang Tri, meski ada juga yang beroperasi di provinsi-provinsi terdekat. Kesadaran di wilayah lain di negara ini tidak besar dan hasilnya bisa sangat fatal. Pada akhir tahun lalu, dua kecelakaan menewaskan lima anak-anak.
Baik Amerika Serikat maupun Vietnam belum menandatangani Konvensi Pelarangan Ranjau Anti-Personel 1997 atau Konvensi Munisi Rumpun 2008. Para ahli mengatakan bahwa Vietnam sengaja mempertahankan ranjau darat di utara negara tersebut sebagai penghalang melawan Tiongkok, namun negara ini juga telah membuat kemajuan dlaam negosiasi-negosiasi dalam traktat melawan bom rumpun.