Senat AS Pertimbangkan UU untuk Hambat Penutupan Guantanamo

  • Michael Bowman

Penjara Guantanamo di Kuba.

Senat AS sedang mempertimbangkan peraturan yang dapat lebih mempersulit President Barack Obama untuk memenuhi janji utama dalam kampanye 2008: yaitu untuk menutup fasilitas penahanan AS di Teluk Guantanamo, Kuba.

Senat mulai mendebatkan Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional (NDAA), Rabu (3/5), sebuah kebijakan yang menetapkan pedoman kongres untuk semua pengeluaran Pentagon dan operasi tahun 2016.

Undang-undang ini yang digulirkan oleh John McCain dari Arizona, ketua Partai Republik dari Komite Angkatan Bersenjata Senat AS, memungkinkan penutupan Guantanamo hanya apabila rencana yang diajukan presiden mendapat persetujuan kedua majelis dalam Kongres Amerika.

NDAA juga akan memperketat proses tranfer para tahanan keluar dari kamp tersebut.

"Presiden Obama telah mengatakan sejak hari pertama kepresidenannya bahwa ia ingin menutup Guantanamo, tapi dalam 6½ tahun pemerintahannya, presiden belum pernah memberikan rencana untuk melakukan hal tersebut," kata McCain.

"Rencana itu harus mencakup penentuan kasus per kasus penempatan setiap tahanan di Teluk Guantanamo. Rencana tersebut juga harus mengungkapkan bagaimana Departemen Pertahanan akan menjamin kelanjutan penahanan dan pengumpulan intelijen dari musuh di masa mendatang yang ditangkap di bawah hukum perang," tambahnya.

Didirikan oleh mantan presiden George W. Bush setelah serangan 11 September 2001, fasilitas Teluk Guantanamo pernah menahan hampir 800 pejuang musuh yang tertangkap dalam perang melawan terorisme. Jumlah itu telah berkurang menjadi 122, dan hampir setengah dari mereka telah disetujui untuk ditransfer ke negara-negara lain.

Obama telah lama berkeyakinan fasilitas ini menodai reputasi Amerika di panggung dunia dan berfungsi sebagai alat merekrut kelompok-kelompok teroris.

Namun, mereka yang pendukung keberadaan penjara Guantanamo dari partai Republik mengatakan fasilitas ini berperan penting sebagai tempat untuk menahan dan menginterogasi musuh Amerika, dan mengungkapkan bahwa beberapa tahanan yang telah dibebaskan dari kamp tersebut, telah kembali mengangkat senjata mereka untuk melawan Amerika Serikat.

Fasilitas ini telah melahirkan pertarungan politik yang berlarut-larut di Capitol Hill dan pertempuran hukum yang mencapai Mahkamah Agung. Sampai hari ini, Guantanamo menjadi garis pemisah bagi berbagai pertanyaan pelik seputar keamanan nasional, kebebasan sipil, proses hukum, penggunaan penyiksaan, dan sejauh mana Amerika dapat atau harus berjuang memerangi terorisme.

Gedung Putih telah mengancam akan menveto NDAA dalam bentuk yang sekarang, dengan mengungkap keberatannya dengan ketentuan anggaran dan elemen lainnya.