Sepp Blatter terpilih kembali sebagai presiden FIFA untuk masa jabatan kelima, Jumat, setelah saingan satu-satunya mengundurkan diri usai putaran pertama pengambilan suara dalam pemilihan presiden yang berlangsung hanya beberapa hari setelah penangkapan sejumlah pejabat FIFA.
Kemenangan Blatter diperoleh walaupun banyak pihak menuntut ia mundur di tengah skandal suap yang tengah diselidiki oleh agen penegak hukum AS dan Swiss yang mendorong lembaga sepakbola dunia ini ke dalam krisis terburuk dalam sejarah 111 tahun badan ini.
Baik Blatter maupun penantangnya, Pangeran Ali bin Al Hussein memperoleh dua pertiga suara pada putaran pertama, Blatter dengan 133 dan Pangeran Ali dengan 73, namun Ali kemudian mengundurkan diri.
Dalam pidato kemenangannya, Blatter meneriakkan, "Ayo FIFA, ayo FIFA," yang disambut dengan meriah.
Berbicara sebelum pemungutan suara, Blatter, yang bergabung dengan FIFA di tahun 1975, mengatakan ia merasa ia baru sebentar mengabdi untuk organisasi.
"Apalah juga arti waktu. Saya merasa waktu saya dengan FIFA sangat singkat," katanya. "Semakin tua seseorang semakin cepat waktu berlalu. Saya bersama dengan Anda, dan saya ingin tetap bersama Anda," ujarnya disambut dengan tepukan tangan.
Pangeran Ali, dalam kampanyenya menjanjikan FIFA yang lebih terbuka dan demokratis. "Kita telah mendengar dalam beberapa hari terakhir, suara-suara yang menggambarkan FIFA sebagai lembaga yang serakah yang memanfaatkan olahraga yang dicintai dunia," katanya. "Tidak ada jawaban yang mudah. Dan tidak ada kesalahan yang dapat dilemparkan yang akan membasuh noda yang menandai kita semua."
Sementara negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin telah diperkirakan akan mendukung Blatter, Eropa, yang masih menjadi kekuatan dominan sepakbola, telah berulang kali menyatakan ingin Blatter segera pensiun.
Dalam kunjungannya ke Berlin, Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan kepada Blatter untuk hengkang "sesegera mungkin." Kanselir Angela Merkel mengatakan sisi kotor sepakbola harus dibersihkan.