Selama beberapa bulan pasukan koalisi pimpinan Amerika yang menjadi ujung tombak melawan kelompok ISIS bertempur di bagian utara Suriah, sambil mewaspadai pasukan Suriah dan jet-jet Rusia yang menarget kelompok teroris itu.
Beberapa analis mengatakan serangan misil Amerika terhadap pangkalan udara Suriah Jum’at dini hari (7/4) bisa mengubah hal itu, dan kemungkinan mempengaruhi pertempuran melawan ekstremis itu, terutama mengusir mereka dari Raqqa, ibukota de facto ISIS.
Analis: Serangan Militer AS Ubah Strategi di Kawasan Timur Tengah
Analis di Middlesex University di London Janroj Keles mengatakan “dengan melakukan serangan ini, pemerintah Trump menunjukkan bahwa sikap Amerika di kawasan itu tidak akan seperti sebelumnya, dan seluruh pemain di kawasan itu harus mewaspadai apa yang mereka lakukan.
Didukung serangan-serangan Amerika dan keberadaan penasehat di lapangan, Pasukan Demokratik Suriah SDF yang didominasi kelompok Kurdi dan didukung Amerika telah berhasil mengusir ISIS ke arah selatan, merebut kembali puluhan desa dalam pertempuran menuju ke Raqqa. Milisi Turki dan kelompok Islam-Sunni Arab yang bersekutu dengan SDF juga membuat serangan-serangan mendadak bersama dengan tim pasukan Turki, apa yang disebut Ankara sebagai “Operasi Perisan Efrat”.
Secara terpisah, pasukan darat Suriah dan pesawat-pesawat tempur Rusia – yang umumnya berasal dari selatan negara itu – juga menggempur benteng-benteng ISIS.
AS-Rusia Sebenarnya Sudah Bangun Saluran Komunikasi Khusus di Suriah
Ketika konflik itu berkembang diantara pasukan-pasukan yang bertarung di kota Manbij di bagian utara Suriah yang ditinggalkan ISIS, diplomasi diam-diam yang dilakukan komandan-komandan pasukan Turki, Amerika dan Rusia bulan lalu berhasil mencapai perjanjian untuk memulihkan perdamaian.
Di zona-zona penyangga, ada US Army Rangers yang berada tidak jauh dari tentara Rusia, sementara milisi lokal, milisi Kurdi dan pasukan yang didukung Turki menjaga daerah-daerah tersebut.
Pejabat-pejabat Pentagon dan pasukan koalisi pimpinan Amerika mengatakan mereka tidak bekerjasama dengan pasukan Suriah dan Rusia untuk melawan ISIS, meskipun mereka mengakui kadang-kadang menggunakan “deconfliction channel” – semacam wahana untuk mengurangi terjadinya tabrakan pesawat tempur atau persenjataan udara di daerah itu – sehingga para komandan Rusia mengetahui posisi militer mereka dan maksudnya.
Pasca Serangan, Rusia Tangguhkan Penggunaan Saluran Komunikasi dengan AS
Setelah serangan rudal Amerika, Rusia mengatakan pihaknya menangguhkan penggunakan saluran komunikasi untuk mengkoordinir pergerakan pesawat tempur di wilayah udara Suriah, tetapi Pentagon mengatakan saluran itu tetap terbuka.
Meskipun para analis mengatakan masih belum pasti bagaimana Rusia atau Amerika kini berinteraksi – terkait ISIS di Suriah – pejabat-pejabat Amerika mengatakan mereka berharap komunikasi kedua pihak akan pulih ketika pertempuran mulai fokus pada ofensif terhadap Raqqa.
Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson akan bertolak ke Moskow untuk bertemu mitranya – Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov – yang sudah sering dihubunginya melalui telefon. Meskipun Amerika bersedia bekerjasama dengan Rusia dalam bidang-bidang praktis seperti melawan ISIS, Amerika mengatakan tetap bertekad meminta pertanggungjawaban Rusia ketika terjadi pelanggaran norma-norma internasional. [em]