68 Tewas dalam Serangan atas Masjid Sunni di Irak

  • Edward Yeranian

Sebuah masjid Sunni di provinsi Diyala, Irak juga mendapat serangan saat shalat Jumat tahun lalu (foto: dok).

Puluhan tewas dalam serangan terhadap sebuah masjid Sunni di Provinsi Diyala, Irak, saat shalat Jumat (22/8). Otoritas Sunni menuding milisi Syiah melakukan serangan itu, tetapi komandan militer Irak menyalahkan militan negara Islam ISIS.

Serangan hari Jumat (22/8) itu mengancam upaya pemerintah Irak membentuk fron bersatu melawan kelompok ekstremis.

Itu adalah serangan brutal, yang dimulai ketika seorang pembom bunuh diri meledakkan diri saat shalat Jumat, disusul orang-orang bersenjata menyerbu masjid untuk membunuh korban yang masih hidup. Serangan terjadi di desa Bani Wais, Provinsi Diyala yang dikuasai pemerintah, sebelah utara Baghdad.

Saksi mata dan pejabat-pejabat Sunni menuduh anggota milisi garis keras Syiah melakukan kejahatan itu. Namun, komandan- komandan militer menuding militan Negara Islam ISIS. Rumah sakit di kota terdekat, Baquba, melaporkan kamar mayatnya menerima 68 jenazah dari serangan tersebut.

Dokter-dokter di rumahsakit itu kepada media Arab mengatakan mereka khawatir milisi akan menyerang rumahsakit itu untuk membunuh korban selamat yang dirawat di sana. Televisi Asharqiya melaporkan milisi Syiah yang dilatih di Iran bertanggungjawab atas serangan tersebut.

Gubernur Provinsi Diyala Amr Mujamai menolak mengungkap detil siapa pelaku kejahatan itu, tetapi mengeluh bahwa pasukan pemerintah tidak menguasai bagian-bagian besar provinsi itu:

Mujamai mengatakan pemerintah pusat diam saja atas apa yang terjadi. Ia menyebut kejahatan itu tindakan berdarah dingin dan menilai pasukan keamanan tidak mampu menguasai. Ia mendesak mereka bereaksi dan merespon perilaku kriminal.

Ulama senior Sunni Irak, Sheikh Mahmoud Abdel Aziz al Ani, meminta Sunni "bersatu memerangi ketidakadilan yang mereka hadapi." Ia juga mengecam serangan terhadap masjid itu.

Al Ani mengatakan darah tumpah di rumah ibadah. Ia menuduh militan Syiah melakukan kejahatan itu, dan menyatakan siapa saja yang melakukan hal seperti itu adalah kafir.

Nahida al Zaini, yang mewakili Provinsi Diyala dalam parlemen Irak menuduh pejabat-pejabat Irak tidak banyak berbuat guna mencegah kejahatan tersebut:

Menurut al-Zaini, pemerintah pusat Irak tidak berbuat apa-apa untuk menghukum pelaku kejahatan itu dan pembunuhan lain oleh milisi baru-baru ini yang dibiarkan tidak diganjar hukuman.

Beberapa politisi Sunni terkemuka menyerukan agar negosiasi pembentukan pemerintahan baru dihentikan. Ketua Parlemen Sunni Selim al Jabouri mengindikasikan ia akan membentuk komisi untuk menyelidiki pembunuhan hari Jumat tersebut.

Warga Sunni Irak merasa semakin kehilangan hak di bawah kepemimpinan Syiah yang mayoritas di negara itu.