Gelombang pengeboman dan penembakan di 15 kota Irak telah menewaskan sedikitnya 115 orang dan melukai hampir 200 lainnya, Senin (23/7).
Para pejabat Irak mengatakan gelombang pemboman dan penembakan telah menewaskan sedikitnya 115 orang dalam hari kekerasan yang paling banyak menjatuhkan korban di negara itu dalam lebih dua tahun.
Sebuah bom mobil meledak Senin malam dekat sebuah restoran di daerah kediaman warga Syiah di ibukota, Baghdad, menewaskan paling sedikit lima orang dan mencederai 24 lainnya.
Para pejabat mengatakan kekerasan yang melanda 15 kota hari Senin juga melukai lebih dari 200 orang. Terakhir kali jumlah korban mencapai sebesar itu adalah tanggal 10 Mei tahun 2010.
Serangan paling buruk terjadi di Taji, 20 kilometer dari Utara Baghdad, di mana hampir 40 orang tewas dan sejumlah lainnya terluka. Serangkaian ledakan di sebuah kompleks perumahan yang diikuti sebuah ledakan lain menewaskan dan melukai sejumlah polisi yang tiba di lokasi kejadian.
Pihak berwenang mengatakan, serangan tersebut termasuk penembakan oleh sejumlah pria bersenjata yang menewaskan 15 tentara Irak di sebuah pangkalan militer Irak Timur Laut, serangkaian ledakan di Kirkuk, Irak Utara, dan pemboman dengan mobil di Baghdad.
Belum ada pihak yang segera mengaku bertanggungjawab atas serangan-serangan itu.
Kekerasan itu terjadi setelah sejumlah situs kelompok radikal Islam memposkan sebuah pesan hari Sabtu, yang diduga berasal pemimpin afiliasi al-Qaida di Irak, yang mengatakan bahwa kelompok itu memulai sebuah babak baru.
Pesan audio dari seorang pembicara yang diidentifikasikan sebagai Abu Bakr al-Baghdadi mengatakan, Negara Islam Irak berencana menyerang para pejabat pengadilan, dan membebaskan para tahanan.
Amerika Serikat mengutuk serangan itu, tetapi mengatakan bahwa walaupun dengan terjadinya serangan itu, Irak tidak segawat seperti pada waktu lalu. Jurubicara Gedung Putih mengatakan pasukan keamanan Irak telah dilatih dan mempunyai kemampuan menanggulangi masalah keamanannya sendiri.
Sebuah bom mobil meledak Senin malam dekat sebuah restoran di daerah kediaman warga Syiah di ibukota, Baghdad, menewaskan paling sedikit lima orang dan mencederai 24 lainnya.
Para pejabat mengatakan kekerasan yang melanda 15 kota hari Senin juga melukai lebih dari 200 orang. Terakhir kali jumlah korban mencapai sebesar itu adalah tanggal 10 Mei tahun 2010.
Serangan paling buruk terjadi di Taji, 20 kilometer dari Utara Baghdad, di mana hampir 40 orang tewas dan sejumlah lainnya terluka. Serangkaian ledakan di sebuah kompleks perumahan yang diikuti sebuah ledakan lain menewaskan dan melukai sejumlah polisi yang tiba di lokasi kejadian.
Pihak berwenang mengatakan, serangan tersebut termasuk penembakan oleh sejumlah pria bersenjata yang menewaskan 15 tentara Irak di sebuah pangkalan militer Irak Timur Laut, serangkaian ledakan di Kirkuk, Irak Utara, dan pemboman dengan mobil di Baghdad.
Belum ada pihak yang segera mengaku bertanggungjawab atas serangan-serangan itu.
Kekerasan itu terjadi setelah sejumlah situs kelompok radikal Islam memposkan sebuah pesan hari Sabtu, yang diduga berasal pemimpin afiliasi al-Qaida di Irak, yang mengatakan bahwa kelompok itu memulai sebuah babak baru.
Pesan audio dari seorang pembicara yang diidentifikasikan sebagai Abu Bakr al-Baghdadi mengatakan, Negara Islam Irak berencana menyerang para pejabat pengadilan, dan membebaskan para tahanan.
Amerika Serikat mengutuk serangan itu, tetapi mengatakan bahwa walaupun dengan terjadinya serangan itu, Irak tidak segawat seperti pada waktu lalu. Jurubicara Gedung Putih mengatakan pasukan keamanan Irak telah dilatih dan mempunyai kemampuan menanggulangi masalah keamanannya sendiri.