Serangan Hamas, Tragedi Terbaru dalam Siklus Panjang Kekerasan di Timur Tengah

Tentara Israel memindai suatu area sementara sirene berbunyi saat roket dari Gaza diluncurkan ke arah Israel, dekat Sderot, Israel selatan, 9 Oktober 2023. (Foto: REUTERS/Amir Cohen)

Ketika militan Hamas dari Jalur Gaza melakukan serangan di Israel pada hari Sabtu, yang mengakibatkan ribuan korban sipil Israel dan Palestina tewas, itu adalah bentrokan terbaru dalam konflik yang berasal pada zaman Alkitab.

Pertempuran modern antara Israel dan Palestina pada dasarnya adalah sengketa wilayah, meskipun ada unsur agama karena Israel adalah negara Yahudi dan mayoritas penduduk Palestina adalah Muslim di tanah yang dianggap suci oleh beberapa agama, termasuk Kristen.

Tempat tersuci dalam Yudaisme di Yerusalem, dikenal dengan nama The Temple Mount, karena dua kuil Yahudi kuno yang dihancurkan terletak di sana. Ini juga merupakan lokasi Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu, tempat tersuci ketiga dalam Islam (dikenal dalam bahasa Arab sebagai Haram al-Sharif, artinya Tempat Suci yang Mulia). Umat Muslim percaya Nabi Muhammad naik ke surga dari sana.

Pasukan keamanan Israel di kompleks Al-Aqsa, yang juga dikenal oleh orang Yahudi sebagai Bukit Bait Suci, di Kota Tua Yerusalem, 5 April 2023. (Foto: REUTERS/Ammar Awad)

Seorang pemimpin Hamas menyebut serangan hari Sabtu terhadap Israel selatan, termasuk orang-orang Palestina bersenjata yang menggunakan paralayang di bawah ribuan peluncuran roket, sebagai “badai al-Aqsa” untuk mempertahankan masjid, 75 kilometer barat laut Gaza.

Ada banyak serangan terhadap masjid “oleh tentara Israel yang berjalan masuk dengan mengenakan sepatu bot. Itu merupakan penodaan total terhadap tempat suci. Jika hal itu terjadi di sinagog mana pun di dunia, pasti akan berteriak bahwa itu adalah antisemitisme, dan memang demikian adanya,” kata Profesor Joel Beinin dari Universitas Stanford.

Bagi pemerintah Israel, Yerusalem adalah ibu kota yang “bersatu dan abadi”. Kota ini menguasai bagian timur kota sejak perang Timur Tengah tahun 1967, sebuah kemunduran bagi impian Palestina untuk memiliki ibu kota di sana.

Aneksasi Israel terhadap sebagian besar wilayah Yerusalem timur milik Palestina tidak diakui secara internasional. Kini terdapat lebih dari 200.000 orang yang tinggal di pemukiman Yahudi di Yerusalem timur. [ps/jm]