Serangan terhadap sekolah dasar yang hampir bersamaan di Amerika Serikat dan Tiongkok telah mendorong banyak orang menilik pendekatan setiap negara yang sangat berbeda untuk UU pengawasan senjata.
Berbekal senapan dan dua pistol, Adam Lanza yang berusia 20-tahun mampu melaksanakan salah satu penembakan massal terburuk dalam sejarah Amerika pada hari Jumat, menewaskan 20 anak-anak dan enam orang dewasa di Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut.
Hanya beberapa jam sebelumnya, Min Yongjun, pria berusia 36-tahun, bersenjatakan sebuah pisau dapur, masuk ke sebuah sekolah dasar di provinsi Henan dan diduga mulai menyerang para siswa. Meskipun polisi mengatakan ia mampu melukai 23 anak dan seorang warga lanjut usia, tidak ada luka yang parah dan ia segera dibekuk oleh polisi dan guru.
Ini adalah insiden terbaru dalam serangkaian serangan terhadap siswa di Tiongkok yang telah menyebabkan orang bertanya-tanya dan keamanan meningkat di luar lembaga pendidikan. Tapi hampir semua insiden melibatkan senjata yang kurang maut seperti pisau dan palu, jauh dari skala tragedi hari Jumat di Amerika.
Joseph Cheng, seorang profesor City University di Hong Kong, mengatakan kepada VOA bahwa hal itu karena UU senjata yang keras di Tiongkok, di mana warga biasa hampir tidak mungkin mendapatkan senjata api. PBB memperkirakan bahwa tingkat pembunuhan di Tiongkok kurang dari seperempat yang terjadi di Amerika Serikat.
Pendukung pengawasan senjata berpendapat ini karena Tiongkok, yang populasinya satu miliar lebih banyak dari Amerika, hanya memiliki sebagian kecil dari jumlah senjata yang ada di Amerika.
Hanya beberapa jam sebelumnya, Min Yongjun, pria berusia 36-tahun, bersenjatakan sebuah pisau dapur, masuk ke sebuah sekolah dasar di provinsi Henan dan diduga mulai menyerang para siswa. Meskipun polisi mengatakan ia mampu melukai 23 anak dan seorang warga lanjut usia, tidak ada luka yang parah dan ia segera dibekuk oleh polisi dan guru.
Ini adalah insiden terbaru dalam serangkaian serangan terhadap siswa di Tiongkok yang telah menyebabkan orang bertanya-tanya dan keamanan meningkat di luar lembaga pendidikan. Tapi hampir semua insiden melibatkan senjata yang kurang maut seperti pisau dan palu, jauh dari skala tragedi hari Jumat di Amerika.
Joseph Cheng, seorang profesor City University di Hong Kong, mengatakan kepada VOA bahwa hal itu karena UU senjata yang keras di Tiongkok, di mana warga biasa hampir tidak mungkin mendapatkan senjata api. PBB memperkirakan bahwa tingkat pembunuhan di Tiongkok kurang dari seperempat yang terjadi di Amerika Serikat.
Pendukung pengawasan senjata berpendapat ini karena Tiongkok, yang populasinya satu miliar lebih banyak dari Amerika, hanya memiliki sebagian kecil dari jumlah senjata yang ada di Amerika.