Serangan Terbaru Al-Qaeda di Burkina Faso, Sedikitnya 100 Tewas

Militer Burkina Faso melakukan patroli di ibu kota Ouagadougou (foto: dok). Kelompok militan melakukan serangan maut di Barsalogho, 80 kilometer dari ibu kota hari Minggu (25/8).

Setidaknya 100 penduduk desa dan tentara tewas di Burkina Faso bagian tengah dalam serangan akhir pekan di sebuah desa oleh jihadis yang terkait al-Qaeda, menurut video kekerasan yang dianalisis seorang spesialis regional. Ia menggambarkan serangan itu sebagai salah satu yang paling mematikan tahun ini di negara Afrika Barat yang dilanda konflik itu.

Penduduk desa di komune Barsalogho, 80 kilometer dari ibu kota, membantu pasukan keamanan menggali parit untuk melindungi pos-pos keamanan dan desa-desa pada Sabtu ketika para pejuang dari kelompok JNIM yang terkait al-Qaeda menyerbu daerah itu dan menembaki mereka, kata Wassim Nasr, pakar Sahel dan peneliti senior di lembaga pemikir keamanan Soufan Center.

Al-Qaeda mengaku bertanggung jawab atas serangan pada Minggu itu, dan mengatakan dalam pernyataan bahwa mereka meraih "kendali penuh atas posisi milisi" di Barsalogho di Kaya, kota strategis yang digunakan pasukan keamanan untuk melawan para jihadis yang selama bertahun-tahun mengincar ibu kota, Ouagadougou.

Setidaknya 100 mayat dihitung dalam video-video serangan itu, kata Nasr. Kantor berita Associated Press tidak dapat memverifikasi jumlah itu secara independen, tetapi meninjau video yang tampaknya dari tempat kejadian, yang menunjukkan mayat-mayat bertumpuk di samping parit dan sekop sementara suara tembakan terdengar.

Menteri Keamanan Burkina Faso Mahamadou Sana mengatakan dalam siaran televisi pemerintah, Minggu, bahwa pemerintah menanggapi serangan itu dengan dukungan dari darat dan udara. Di antara mereka yang tewas adalah tentara dan warga sipil, kata menteri itu, tanpa menyebutkan jumlah pasti korban.

"Kami tidak akan menerima kebiadaban seperti itu di wilayah itu," kata Sana. Ia mengatakan pemerintah telah mengarahkan bantuan medis dan kemanusiaan kepada semua yang terdampak dan bahwa pihak berwenang berkomitmen melindungi.

Sekitar setengah dari Burkina Faso berada di luar kendali pemerintah karena negara tersebut dilanda serangan jihad yang terus meningkat di sekitar ibu kota. Para jihadis yang terkait al-Qaeda dan kelompok ISIS telah membunuh ribuan orang dan membuat lebih dari 2 juta orang mengungsi dalam salah satu krisis yang paling terabaikan di dunia.

Kekerasan tersebut menyebabkan dua kudeta pada 2022. Namun, junta militer yang berjanji akan mengakhiri serangan, kesulitan melakukannya, meskipun sudah bermitra keamanan baru dengan Rusia dan negara-negara lain yang dipimpin junta dan dilanda konflik di wilayah Sahel Afrika.

Pemimpin junta Burkina Faso, Kapten Ibrahim Traore – yang menurut para aktivis sedang merekrut para pengkritik untuk menjadi tentara sebagai hukuman – juga telah meminta warga sipil untuk membantu militer dalam upaya keamanan. Satuan tugas sipil, Relawan untuk Pertahanan Tanah Air (VDP), sudah bekerja sama erat dengan militer.

Parit-parit yang digali di komune Barsalogho adalah satu dari beberapa parit yang diminta pemerintah agar dibuat warga sipil di area yang ingin dikuasai para jihadis.

Para jihadis menjadi lebih sukses karena kurangnya perlindungan udara dan intelijen dari pasukan keamanan. Mereka juga aktif karena kendali yang tidak efektif di area yang berbatasan dengan Mali dan Niger. Kedua negara juga berjuang melawan serangan kekerasan, menurut Nasr. Pelanggaran hak asasi oleh pasukan keamanan negara dan VDP juga telah menyebabkan lebih banyak orang bergabung dengan para jihadis, katanya. [ka/lt]