Para pejabat Ukraina pada Rabu mengatakan bahwa pasukan Rusia melancarkan serangan udara di wilayah Odesa, Ukraina Selatan, yang memasuki malam kedua berturut-turut sambil juga menargetkan ibu kota, Kyiv, dan beberapa daerah lainnya.
Angkatan Udara Ukraina mengatakan militer menembak jatuh 37 dari 63 rudal dan drone yang diluncurkan Rusia di berbagai penjuru negara itu, dan bahwa target utamanya adalah infrastruktur dan fasilitas militer di Odesa.
Pelabuhan-pelabuhan di Odesa digunakan untuk mengekspor biji-bijian di bawah perjanjian yang berlangsung selama hampir setahun, sebelum Rusia mengumumkan pihaknya mengakhiri partisipasinya dalam perjanjian itu awal pekan ini.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Rabu (19/7) mengatakan bahwa serangan terbaru Rusia “menargetkan infrastruktur kesepakatan biji-bijian dan setiap rudal Rusia merupakan pukulan bukan hanya bagi Ukraina, tetapi juga setiap orang di dunia yang menginginkan kehidupan yang normal dan aman.”
BACA JUGA: Infrastruktur Pelabuhan Odesa di Ukraina Rusak Digempur Rudal RusiaSerhii Popko, kepala administrasi militer kota Kyiv mengatakan di Telegram bahwa pertahanan udara mencegat semua drone yang membidik Kyiv dan bahwa tidak ada laporan segera mengenai kerusakan.
Oleh Kiper, gubernur Odesa, menyebut serangan itu “sangat kuat” dan mendesak warga agar tinggal di tempat-tempat berlindung.
Angkatan Udara Ukraina mengatakan militer menembak jatuh 23 dari 32 drone Shahed buatan Iran dan 14 rudal jelajah yang diluncurkan Rusia.
Kepala administrasi militer Kota Kyiv, Serhii Popko, mengatakan di Telegram bahwa pertahanan udara mereka mencegat semua drone yang menargetkan Kyiv dan bahwa belum ada laporan segera mengenai kerusakan.
“Malam serangan udara yang sulit untuk seluruh Ukraina,” kata Popko.
BACA JUGA: Rusia Targetkan Serangan ke OdesaSetelah malam pertama serangan udara, yang menghantam Odesa dan Mykolaiv di dekatnya, Rusia Selasa mengatakan pihaknya melakukan itu sebagai pembalasan atas serangan sehari sebelumnya yang menghancurkan jembatan penting yang digunakan Rusia untuk memasok militernya di Semenanjung Krimea.
Rusia menganeksasi Krimea pada 2014, suatu langkah yang tidak diakui masyarakat internasional.
Pihak berwenang yang ditempatkan Rusia di sana mengatakan pada hari Rabu bahwa lebih dari 2.000 orang dievakuasi setelah kebakaran terjadi di sebuah lapangan tempat latihan militer di distrik Kirovsky. Para pejabat tidak merinci penyebab kebakaran tersebut.
BACA JUGA: Ledakan di Jembatan Krimea Tewaskan Dua Orang, Ancam Jalur Suplai Perang RusiaSementara itu seorang pejabat tinggi militer AS Selasa mengatakan terlalu dini untuk menilai hasil serangan balasan pasukan Ukraina yang tampak berjalan lambat terhadap kubu-kubu pertahanan Rusia di bagian timur dan selatan Ukraina.
Sejauh ini, para analis perang mengatakan Ukraina telah merebut kembali daerah seluas sekitar 250 kilometer persegi sejak awal Juni. Tetapi Rusia masih mempertahankan wilayah yang luas.
Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS mengatakan kepada wartawan di Pentagon, “Ini jauh dari kegagalan, menurut pandangan saya. Saya pikir terlalu dini untuk mengatakan hal semacam itu.” [uh/ab]