Serangan Teror di Paris, Sedikitnya 128 Orang Tewas

Para korban ledakan terlihat di trotoar di luar restoran La Belle Equipe, Paris (13/11).

Presiden Perancis Francois Hollande menyatakan negara dalam keadaan darurat dan memerintahkan perbatasan Perancis ditutup - tindakan yang belum pernah terjadi di Eropa dalam abad ke-21.

Paling sedikit 128 orang tewas dalam serangan di Paris Jumat malam (14/11), dan 180 orang luka-luka, 80 dari mereka luka parah, kata polisi kepada kantor berita Perancis AFP.

Jumlah yang tewas tidak termasuk delapan orang militant yang tewas dalam serangan itu.

Semua penyerang yang diketahui mengenakan sabuk peledak.

Ini adalah tingkat kekerasan yang tidak pernah terjadi sebelumnya di jalan-jalan ibukota Perancis itu dalam rentetan penembakan dan peledakan yang terkoordinasi yang merupakan serangan paling berdarah di Eropa sejak pemboman kereta api Madrid tahun 2004.

Teroris melancarkan serangan beruntun di Paris Jumat malam (14/11), menewaskan sejumlah orang dengan tembakan senjata otomatis dan bom. Setidaknya 100 orang tewas di satu lokasi setelah orang-orang bersenjata menyerang gedung konser musik di Paris dan menyandera puluhan orang. Polisi kemudian menyerbu gedung itu, dan menewaskan penyerang.

Sampai seribu orang sedang menonton penampilan kelompok band Amerika di gedung konser Bataclan. Konser itu terganggu rentetan tembakan. Banyak orang menyelamatkan diri dari penembakan itu. Saksi mata mengungkapkan, penyerang memekikkan “Allahu Akbar.”

Puluhan korban tewas juga dilaporkan di bagian lain Paris. Salah satu ledakan pertama terjadi di luar stadion olahraga di mana Presiden Hollande dan banyak orang sedang menonton pertandingan sepak bola antara tim nasional Perancis dan Jerman. Ledakan itu terasa di dalam stadion.

Polisi mengevakuasi Hollande dari stadion itu, tetapi ketika pertandingan dihentikan, banyak orang berlari dan bersembunyi ketakutan. Beberapa ledakan lain terjadi di daerah itu dan, menurut pejabat-pejabat, setidaknya satu dari ledakan-ledakan itu kemungkinan adalah serangan bom bunuh diri.

Di lokasi lain di ibukota Perancis itu, beberapa orang tewas di restoran Kamboja. Serangan juga dilaporkan di restoran-restoran lain.

Pemerintah mengatakan secara keseluruhan setidaknya 120 orang tewas dan sekitar 200 lainnya terluka – 80 luka parah di enam lokasi terpisah. Pejabat-pejabat mengatakan mereka percaya semua penyerang tewas dan terdapat sekitar delapan penyerang di berbagai lokasi serangan itu.

Belum ada yang mengaku bertanggungjawab atas serangan itu.

Presiden Perancis Francois Hollande menyatakan negara dalam keadaan darurat dan memerintahkan perbatasan Perancis ditutup - tindakan yang belum pernah terjadi di Eropa dalam abad ke-21. Hollande mengadakan rapat darurat Kabinet pada tengah malam setelah memerintahkan penutupan semua pintu perbatasan. Ia juga membatalkan perjalanan untuk menghadiri KTT G-20 di Turki yang dijadwalkan dimulai hari Minggu.

Sementara itu, menanggapi serangan bom, penembakan dan penyanderaan di Paris, Presiden Amerika Barack Obama di Washington mengatakan Amerika siap membantu dengan cara apapun yang mungkin. Di Gedung Putih, ia mengatakan, serangan terkoordinasi di Paris itu adalah "upaya keterlaluan untuk meneror warga sipil."

Sedangkan di Inggris, Perdana Menteri David Cameron dalam akun Twitter mengatakan, "Kami akan melakukan apa saja yang bisa kami lakukan untuk membantu." Ia mengaku terkejut atas peristiwa di Paris dan mendoakan rakyat Perancis.

Juru bicara PBB mengatakan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon "mengutuk serangan teroris keji" itu dan "menuntut pembebasan segera orang-orang yang dilaporkan disandera dalam teater Bataclan."

Pejabat-pejabat Amerika mengatakan kedutaan Amerika di Perancis telah memeriksa keamanan semua orang Amerika di Paris. Namun, Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika mengatakan di Washington bahwa "tidak ada ancaman khusus bagi Amerika."

Sementara itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris membuka hotline bagi warga Indonesia yang membutuhkan bantuan darurat terkait situasi yang berkembang di sana. KBRI juga meminta WNI yang menetap atau sedang berada di Perancis, khususnya di Paris dan sekitarnya, agar senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan berhati-hati saat berada di tempat umum dan keramaian serta agar bisa saling memantau keberadaan dan keamanan bersama. Diingatkan, ketetapan Pemerintah Perancis, khususnya penutupan perbatasan, dan kebijakan lain dalam penanganan situasi darurat agar dipatuhi demi keamanan bersama.

Telepon hotline KBRI Paris: 33(0)145030760 dan 33(0)621122109.

Paris dijadwalkan menjadi tuan rumah konferensi perubahan iklim internasional bulan depan - pertemuan yang disponsor PBB untuk membahas upaya global mengatasi pemanasan global. [ka]