Militer Israel melancarkan serangan udara terhadap apa yang disebutnya puluhan target militan di Jalur Gaza, Minggu (22/10) malam.
Pesawat Israel juga menghantam banyak target Hizbullah di Lebanon, termasuk sel-sel yang kata militer sedang bersiap meluncurkan rudal-rudal antitank dan roket ke arah Israel.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan kepada para wartawan bahwa ia percaya jeda kemanusiaan dalam konflik itu diperlukan untuk memungkinkan bantuan dapat mencapai orang-orang di Gaza.
Pernyataannya muncul tidak lama sebelum konvoi ketiga diizinkan melalui pos perbatasan Rafah menuju Gaza.
Borrell pada Senin mengatakan jumlah bantuan yang mencapai Gaza dalam dua pengiriman pertama itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sana.
“Pada hari pertama, 20 truk diperbolehkan masuk, 20,” kata Borrell. “Kemarin, sekitar 20 lagi. Tetapi dalam masa normal, masa normal tanpa perang, 100 truk masuk Gaza setiap hari. Jadi jelas bahwa 20 tidak cukup.”
Israel telah melancarkan perangnya dengan serangan selama lebih dari dua pekan terhadap Gaza sebagai tanggapan atas serangan militan Hamas pada 7 Oktober lalu yang menewaskan 1.400 orang.
PBB mengatakan sekitar 1,4 juta orang telah melarikan diri dari rumah mereka dan ada kekurangan air, makanan dan obat-obatan di Gaza.
Borrell juga mengatakan berbagai upaya untuk meredakan konflik harus mencakup penghentian serangan roket Hamas dari Gaza dan pembebasan tawanan yang disandera kelompok militan itu.
Kementerian Kesehatan Palestina hari Senin mengatakan bahwa korban tewas di Gaza telah mencapai sedikitnya 5.087 orang, dengan 15.273 orang terluka.
Kementerian Kesehatan Palestina hari Minggu mengatakan bahwa korban tewas di Gaza telah mencapai sedikitnya 4.561 orang, dengan 14.254 orang terluka..
Israel telah melancarkan serangan udara di Gaza sejak serangan Hamas 7 Oktober lalu yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel.
Para pejabat Israel telah bertekad akan melanjutkan serangan itu hingga Hamas tidak lagi memiliki kemampuan menyerang.
Para pemimpin AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia dan Inggris hari Minggu membahas perang Israel-Hamas dalam pembicaraan telepon yang diadakan oleh Presiden AS Joe Biden.
BACA JUGA: Israel Kejar Militan Hamas ke Tepi Barat, Jumlah Korban Tewas MelonjakDalam pernyataan bersama, mereka menegaskan dukungan mereka bagi Israel dan hak Israel untuk membela diri, tetapi juga mendesak Israel untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional dan melindungi warga sipil. Mereka menyambut baik pembebasan dua sandera dan menyerukan pembebasan segera seluruh sandera yang tersisa.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan dalam wawancara hari Minggu bahwa AS prihatin kalau perang Israel-Hamas meluas di Timur Tengah.
Austin mengatakan dalam acara “This Week” di televisi ABC, “Kami prihatin mengenai potensi eskalasi … eskalasi yang signifikan.” Tetapi ia mengatakan AS memiliki “kemampuan untuk menanggapi,” seraya mengatakan bahwa kapal perang Angkatan Laut AS menembak jatuh drone-drone yang diluncurkan dari Yaman yang mungkin mengarah ke Israel. “Kami memiliki hak untuk membela diri dan kami tidak akan enggan untuk menanggapi,” kata Austin.
BACA JUGA: AS Desak PBB Dukung Israel Bela Diri, Tuntut Iran Setop Pasok Senjata ke HamasSementara itu Blinken mengatakan dalam acara “Meet the Press” di stasiun televisi NBC, “Kami perkirakan kemungkinan besar ada eskalasi. Eskalasi oleh proksi-proksi Iran yang ditujukan terhadap pasukan kami, ditujukan terhadap personel kami.”
“Kami mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa kami dapat secara efektif membela rakyat kami dan menanggapi dengan tegas jika kita perlu melakukannya,” kata Blinken.
“ini bukan sesuatu yang kita inginkan, bukan sesuatu yang kami cari. Kami tidak menginginkan eskalasi. Kami tidak ingin melihat ada front kedua atau ketiga. Kami tidak ingin melihat pasukan kami, personel kami ditembaki. Tetapi jika itu terjadi, kami siap untuk itu.”
Blinken mengatakan AS, sambil memperingatkan Hizbullah agar tidak meluaskan pertempuran melawan Israel dari Lebanon, telah mengerahkan “aset-aset [militer] yang sangat signifikan di kawasan, dua kelompok kapal induk, bukan untuk memprovokasi, tetapi untuk mencegah, untuk menjelaskan bahwa jika siapa pun mencoba melakukan sesuatu, kami ada di sana.” [uh/ab]