Serangan udara terhadap wilayah yang dikuasai pemberontak di Aleppo, Suriah utara semakin sengit, Jumat (23/9).
Kelompok Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris melaporkan setidaknya 30 serangan yang dimulai pada malam hari sampai Jumat pagi.
Kelompok Syrian Civil Defense mengatakan dua gedung mereka dihantam bom malam itu.
Pejabat militer dan intelijen Amerika Serikat mempertanyakan apakah Rusia memiliki kehendak atau kemampuan untuk melakukan sesuatu terkait krisis yang meningkat di Suriah, dan menuduh Moskow memperpanjang bencana kemanusiaan.
Tuduhan itu muncul sementara tentara Suriah, Kamis (23/9) mengumumkan kampanye baru untuk merebut kembali daerah-daerah Aleppo yang dikuasai pemberontak, sehingga menghancurkan harapan untuk membangun kembali gencatan senjata dan menyalurkan bantuan untuk warga sipil yang menderita dalam perang saudara selama lima tahun ini.
"Rusia bisa menebus dirinya dengan itikad baik untuk melaksanakan proses politik," kata seorang pejabat intelijen AS kepada VOA. "Tapi hanya sedikit indikasi Rusia memiliki kebijaksanaan untuk melakukan itu."
Pejabat yang berbicara dengan kondisi anonim itu menekankan satu-satunya hasil proses politik yang dapat diterima adalah tersingkirnya Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Tapi ada juga keraguan tentang dukungan Moskow pada rencana tersebut, walaupun pada akhirnya beban yang ditanggung Rusia akan sangat besar di kawasan itu. [as/ab]
Pejabat militer dan intelijen Amerika Serikat mempertanyakan apakah Rusia memiliki kehendak atau kemampuan untuk melakukan sesuatu terkait krisis yang meningkat di Suriah, dan menuduh Moskow memperpanjang bencana kemanusiaan.