Seruan Gencatan Senjata Kemanusiaan di Gaza Dapat Dorongan Baru

Tank Merkava terlihat saat tentara Israel beroperasi di Jalur Gaza di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, 17 Desember 2023. (Foto: via REUTERS)

Dewan Keamanan PBB hari Senin (18/12) dapat melakukan pemungutan suara mengenai resolusi yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza. Sementara itu Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengunjungi Israel untukmembahas perlindungan warga sipil dan rencana Israel untuk tahap berikutnya dari perangnya melawan Hamas.

Setelah kedatangannya di Israel, Austin menulis di X, dulu dikenal sebagai Twitter, bahwa ia juga akan memanfaatkan pembicaraannya dengan PM Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant untuk “menekankan komitmen kokoh Amerika terhadap Israel” dan memungkinkan arus bantuan memasuki Gaza.

Rancangan resolusi baru Dewan Keamanan, yang dilihat oleh berbagai kantor berita, menyerukan “penghentian permusuhan yang mendesak dan berkelanjutan untuk memungkinkan akses kemanusiaan yang aman dan tanpa hambatan.”

Truk-truk bermuatan bantuan telah mencapai Gaza. Israel pekan lalu membuka pos perbatasan lainnya sebagai tempat masuknya bantuan. Namun, badan kemanusiaan PBB mengatakan 121 truk yang masuk pada hari Sabtu jauh di bawah 500 truk per hari yang membawa bantuan untuk Gaza sebelum perang.

Sebuah resolusi Dewan Keamanan awal bulan ini yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan telah gagal karena AS menggunakan hak vetonya untuk menghentikan langkah tersebut. AS dan Israel berpendapat bahwa gencatan senjata akan menguntungkan Hamas.

Bendera Israel berkibar di atas tank, sementara warga Palestina yang melarikan diri dari Gaza utara bergerak ke selatan selama gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas, dekat Kota Gaza 27 November 2023. (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)

Majelis Umum PBB dengan suara berlimpah mendukung resolusi serupa tidak lama kemudian, tetapi resolusi tersebut tidak mengikat.

Dalam lawatan di Israel pada Minggu, Menteri Luar Negeri Prancis

Catherine Colonna menyerukan “gencatan senjata segera” yang bertujuan untuk membebaskan lebih banyak tawanan, membuat lebih banyak bantuan yang masuk Gaza dan melangkah menuju “dimulainya solusi politik.”

Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron dan sejawatnya dari Jerman, Annalena Baerbock, juga menyerukan “gencatan senjata yang berkelanjutan” di Gaza dalam artikel bersama mereka yang diterbitkan di harian Inggris Sunday Times.

BACA JUGA: Semakin Banyak Negara Desak Gencatan Senjata di Gaza

“Israel tidak akan menang perang ini jika operasinya menghancurkan prospek hidup berdampingan secara damai dengan rakyat Palestina,” tulis mereka.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dijadwalkan berkunjung ke Israel pada hari Senin untuk melakukan apa yang disebut Pentagon sebagai unjuk dukungan bagi hak Israel untuk membela diri dari terorisme serta sebagai kesempatan untuk berdiskusi dengan para pejabat Israel mengenai pentingnya melindungi warga sipil selama operasi militernya di Gaza.

Austin dan para pejabat Israel juga diperkirakan akan membahas tahap-tahap berikutnya dalam perang Israel melawan Hamas.

Israel telah bertekad akan menghancurkan Hamas, yang berkuasa di Gaza, setelah kelompok militan itu mengirimkan para anggotanya ke Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, kebanyakan warga sipil. Hamas, yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS, Inggris, Uni Eropa dan negara-negara lainnya, juga menyandera sekitar 240 orang. Lebih dari 100 sandera masih berada di Gaza.

Truk berisi bantuan kemanusiaan menunggu untuk memasuki Rafah sisi Palestina di perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza pada 11 Desember 2023. (Foto: AFP)

Ofensif Israel telah menewaskan lebih dari 18.700 orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan konflik itu telah memaksa sekitar 85% populasi Gaza meninggalkan rumah mereka Banyak di antara pengungsi yang berupaya mencari tempat berlindung yang aman di tempat-tempat penampungan pengungsi di Gaza Selatan. Tempat-tempat penampungan itu telah dihuni oleh pengungsi yang jumlahnya beberapa kali lipat daripada kapasitas yang seharusnya.

UNRWA mengatakan 135 stafnya telah tewas dan 115 instalasinya telah rusak sejak konflik dimulai pada awal Oktober. [uh/ab]