Setelah Biden Mundur dari Bursa Capres, Trump dan Partai Republik Desak Pengunduran Diri

  • Patsy Widakuswara

Presiden AS Joe Biden mengadakan konferensi pers saat KTT NATO, di Washington, AS, 11 Juli 2024. (Foto: REUTERS/Yves Herman)

Tak lama setelah Joe Biden mengumumkan pengunduran dirinya dari pencalonan presiden pada Minggu (21/7), calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, mendesak agar Biden juga mundur dari jabatannya sebagai presiden.

“Joe Biden yang curang tidak pantas mencalonkan diri sebagai Presiden, dan jelas tidak layak menjabat—dan memang tidak pernah layak!” kata Trump dalam pernyataan di media sosial yang juga melibatkan dorongan baru untuk penggalangan dana.

Trump menyebut Biden sebagai "Presiden Terburuk, sejauh ini, dalam Sejarah Bangsa kita," dan mengatakan bahwa Biden, "mengundurkan diri dari pencalonan dalam keadaan TERPURUK TOTAL!”

Ketua DPR Mike Johnson dan anggota parlemen Partai Republik lainnya yang setia kepada Trump juga menyetujui tuntutan Trump tersebut.

Presiden AS Joe Biden dan mantan Presiden AS dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump berpartisipasi dalam debat presiden pertama Pemilu 2024 di studio CNN di Atlanta, Georgia, 27 Juni 2024. (Foto: AFP)

“Jika Joe Biden tidak layak mencalonkan diri sebagai presiden, maka dia tidak layak menjabat sebagai presiden. Dia harus segera mengundurkan diri dari jabatannya. Tanggal 5 November tidak bisa segera tiba,” kata Johnson dalam sebuah pernyataan.

Anggota Kongres Elise Stefanik, anggota DPR dari Partai Republik peringkat keempat, menambahkan: “Jika Joe Biden tidak dapat mencalonkan diri kembali, dia tidak mampu dan tidak layak untuk menjabat sebagai presiden Amerika Serikat. Dia harus segera mengundurkan diri.”

“Jika Partai Demokrat menganggap Joe Biden tidak layak untuk mencalonkan diri kembali, dia jelas tidak layak untuk mengendalikan kode nuklir kita. Biden harus segera mundur dari jabatannya,” kata Tom Emmer, anggota Partai Republik nomor tiga di DPR, di media sosial.

Secara hukum, tuntutan Partai Republik agar Biden mengundurkan diri tidak ada pengaruhnya. Presiden mempunyai wewenang untuk menjalani sisa masa jabatannya, kata Michael Thorning, Direktur Demokrasi Struktural di Pusat Kebijakan Bipartisan.

BACA JUGA: Trump dan Vance Mencemooh Biden dan Harris 

“Tidak ada persyaratan konstitusional bagi seorang presiden untuk mencalonkan diri kembali agar dapat terus menjabat sebagai presiden melalui pemilihan dan pelantikan berikutnya,” katanya kepada VOA.

Gedung Putih belum menanggapi permintaan komentar VOA mengenai tuntutan Partai Republik.

Banjir Pujian

Hingga Senin (22/7) pagi, belum ada tanggapan dari para pemimpin Partai Demokrat mengenai seruan Partai Republik agar Biden mengundurkan diri. Namun, sebagai respons terhadap pengunduran dirinya dari pencalonan, mereka memuji rekam jejak legislatif dan pengabdian seumur hidup presiden.

“Joe Biden tidak hanya menjadi presiden dan pemimpin legislatif yang hebat, tapi dia adalah manusia yang benar-benar luar biasa,” kata Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer dalam sebuah pernyataan. “Keputusannya tentu saja tidak mudah, tapi dia sekali lagi mengutamakan negaranya, partainya, dan masa depan kita.”

Foto halaman depan New York Post pada hari ketika Presiden AS Joe Biden mengumumkan pembatalan pencalonannya kembali, di Pabrik Percetakan New York Times College Point di Queens, New York City, New York, AS, 21 Juli 2024. (Foto: REUTERS/Caitlin Ochs)

Dalam sebuah pernyataan, Pemimpin Partai Demokrat di DPR, Hakeem Jeffries, menyebut Biden sebagai “salah satu pemimpin paling berprestasi dan berpengaruh dalam sejarah Amerika.”

Mantan Ketua DPR Nancy Pelosi, yang dikabarkan merupakan salah satu anggota parlemen yang mendorong Biden untuk mundur, menyebutnya sebagai “seorang patriot Amerika yang selalu mengutamakan kepentingan negara kita.”

“Warisan visi, nilai-nilai, dan kepemimpinannya menjadikannya salah satu Presiden paling berpengaruh dalam sejarah Amerika,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Mantan Presiden Barack Obama mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan Biden untuk mundur adalah sebuah pengingat “bahwa dia adalah seorang patriot sejati.”

Barack Obama (kiri) dan pasangannya Joe Biden di Greensboro, North Carolina, 27 September 2008. (Foto: AFP)

“Joe memahami lebih baik daripada siapa pun apa yang dipertaruhkan dalam pemilihan ini—betapa semua yang telah dia perjuangkan sepanjang hidupnya, dan segala sesuatu yang diperjuangkan oleh Partai Demokrat, akan terancam jika kita membiarkan Donald Trump kembali ke Gedung Putih dan memberikan kendali Kongres kepada Partai Republik,” tambah Obama.

Bermain Politik

Tuntutan Partai Republik agar Biden mengundurkan diri semakin memperkeruh situasi politik Amerika setelah pengumuman Biden, yang membuat masa depan Partai Demokrat menjadi tidak pasti.

Mereka “bermain politik,” kata Larry Sabato, Direktur Pusat Politik Universitas Virginia, tentang Partai Republik.

"Logika sederhana mengatakan bahwa Biden saat ini memiliki dua pekerjaan penuh waktu, sebagai presiden dan calon presiden," kata Sabato kepada VOA.

"Sekarang dia hanya akan fokus pada satu pekerjaan penuh waktu, dan dia telah membuktikan kemampuannya dalam hal ini. Dia bisa menyelesaikan sisa masa jabatannya dan menyelesaikan beberapa urusan, serta meninggalkan jabatannya dengan penuh kehormatan," imbuhnya.

Biden mengumumkan mundur dari pencalonan presiden Partai Demokrat melalui surat yang dia unggah di media sosial pada Minggu sore. Dia menyatakan bahwa meskipun awalnya berniat mencalonkan diri kembali, dia merasa "demi kepentingan terbaik partai dan negara, saya harus mundur dan fokus sepenuhnya pada menjalankan tugas saya sebagai presiden selama sisa masa jabatan saya."

Pengumuman tersebut membatalkan rencananya untuk tetap maju dalam pemilu 2024, setelah meningkatnya tekanan dari Partai Demokrat menyusul penampilannya yang kurang memuaskan dalam debat melawan Trump bulan lalu. [ah/rs]