Gencatan senjata tiga hari antara pihak-pihak yang berperang di Sudan mulai berlaku pada Selasa (25/4) setelah apa yang disebut AS sebagai “perundingan yang intens.”
Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) secara terbuka berjanji akan mematuhi penghentian pertempuran.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan mengemukakan, “Untuk mendukung penghentian pertempuran yang bertahan lama, AS akan berkoordinasi dengan mitra-mitra regional dan internasional, dan para pemangku kepentingan sipil Sudan, membantu pembentukan sebuah komisi untuk mengawasi perundingan, mengakhiri, dan menerapkan penghentian permusuhan yang permanen serta pengaturan bantuan kemanusiaan di Sudan.”
Blinken menambahkan bahwa AS akan bekerja sama dengan pihak-pihak di Sudan “ke arah tujuan bersama kembalinya pemerintahan sipil di Sudan.”
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Selasa memperingatkan mengenai “risiko biologis sangat besar” setelah salah satu pihak dalam konflik Sudan menduduki sebuah laboratorium yang menyimpan patogen campak dan kolera serta materi berbahaya lainnya.
Nima Saeed Abid, utusan WHO di Sudan, tidak merinci pihak mana yang terlibat, tetapi ia mengatakan kepada wartawan bahwa situasinya “sangat berbahaya.”
“Ini adalah kekhawatiran utama: tidak ada aksesibilias bagi para teknisi lab untuk ke lab dan dengan aman menyimpan materi dan substansi biologi yang tersedia,” ujarnya.
Menurut badan-badan PBB, sedikitnya 427 orang tewas dan lebih dari 3.700 lainnya terluka sejak pertempuran dimulai pada 15 April.
Sekjen PBB Antonio Guterres Senin meminta para anggota Dewan Keamanan PBB “untuk menggunakan pengaruh maksimal dengan para pihak untuk mengakhiri kekerasan, memulihkan ketertiban dan kembali ke jalur transisi demokrasi.”
Dewan Keamanan dijadwalkan mengadakan pertemuan mengenai Sudan pada hari Selasa.
Guterres juga mengatakan PBB tidak akan meninggalkan Sudan tetapi untuk sementara merelokasi “ratusan” staf di dalam dan di luar negara itu.
Di tengah-tengah pertempuran, berbagai negara bergegas mengevakuasi diplomat dan warga mereka dari Sudan.
BACA JUGA: AS: Pihak yang Bertikai di Sudan Sepakati Gencatan Senjata selama 72 jamKanada, Mesir, Prancis, Jerman, Italia, Swedia dan AS termasuk di antara negara-negara yang menggunakan pesawat udara dan konvoi untuk membawa warga negara asing keluar Sudan.
Mayoritas personel pemerintah AS yang dievakuasi dari ibu kota Sudan, Khartoum, tiba Senin sore di Washington.
Departemen Luar Negeri Inggris mengatakan mulai mengevakuasi hari Selasa dengan pesawat-pesawat mulai bertolak dari sebuah bandara di luar kota Khartoum.
Kementerian Luar Negeri China pada Selasa mengatakan sebagian besar warganya telah dievakuasi dengan selamat. [uh/lt]