Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi pada Minggu (31/7) mengonfirmasi bahwa ia akan melawat ke empat negara Asia minggu ini, tetapi tidak menyebutkan kemungkinan singgah di Taiwan.
Rencana lawatannya ke Taiwan telah memicu ketegangan dengan China, yang mengklaim pulau itu sebagai wilayahnya.
Pelosi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia akan memimpin delegasi Kongres ke Singapura, Malaysia, Korea Selatan dan Jepang untuk membahas isu perdagangan, pandemi COVID-19, perubahan iklim, keamanan dan “pemerintahan yang demokratis.”
BACA JUGA: China: Pembicaraan Xi-Biden 'Terbuka dan Jujur'Pelosi diperkirakan akan tiba di Singapura pada Senin (1/8) untuk lawatan dua hari, menurut media CNA, yang mengutip kementerian luar negeri Singapura. Pada Senin siang (1/8), Kamar Dagang AS di Singapura akan mengadakan sebuah resepsi, kata situsnya.
Pelosi belum mengkonfirmasi laporan-laporan berita bahwa ia akan mengunjungi Taiwan. Namun, berbagai laporan media AS pada Jumat (29/7) mengisyaratkan bahwa Pelosi kemungkinan akan singgah di Taiwan. Pelosi secara tak langsung pernah berbicara tentang kemungkinan lawatan itu, meski kantornya sendiri belum mengonfirmasinya dengan alasan protokol keamanan.
Itu akan menjadi kunjungan tingkat tinggi AS pertama ke Taiwan sejak 1997, ketika mantan Ketua DPR Newt Gingrich memimpin delegasi kongres kesana.
Sebelumnya, dalam pembicaraan melalui telepon dengan Presiden Joe Biden pada Kamis lalu (28/7), Presiden China Ji Xinping memperingatkan agar AS tidak ikut campur dalam urusan Beijing dengan Taiwan. China telah berulangkali memperingatkan bahwa lawatan Pelosi akan menjadi pelanggaran terhadap kedaulatannya atas negara pulau yang demokratis itu.
Beijing menilai kontak resmi AS dengan Taiwan sebagai dorongan untuk menjadikan kemerdekaan pulau itu secara de facto selama puluhan tahun sebagai sesuatu yang permanen. Namun, sejumlah pemimpin AS telah menyatakan bahwa mereka tidak akan mendukung itu.
Jika jadi berkunjung ke Taiwan, Pelosi – pemimpin salah satu dari tiga cabang pemerintah Amerika saat ini – akan menjadi pejabat terpilih AS dengan peringkat tertinggi yang mengunjungi Taiwan sejak Ketua DPR Newt Gingrich pada 1997.
Pemerintahan Biden tidak secara eksplisit mendesak Pelosi untuk menghindari Taiwan, tetapi mencoba meyakinkan Beijing bahwa tidak ada alasan untuk “memulai perselisihan” jika kunjungan semacam itu terjadi. Ini menandakan tidak ada perubahan dalam kebijakan AS.
Pelosi pada Minggu menyatakan “di bawah kepemimpinan kuat Presiden Biden, AS berkomitmen kuat untuk terlibat secara strategis di kawasan ini, memahami bahwa Indo-Pasifik yang bebas dan berkembang sangat penting demi kemakmuran negara kita dan di seluruh dunia.”
BACA JUGA: China Umumkan Latihan Militer di Seberang TaiwanTaiwan dan China berpisah pada 1949 setelah komunis memenangkan perang saudara di daratan. Pasukan nasionalis yang kalah, lari ke Taiwan dan membentuk sebuah pemerintahan yang kemudian berkembang menjadi demokrasi yang bergairah. Kedua pihak mengatakan mereka tetap satu negara, tetapi berbeda pandangan soal pemerintah mana yang berhak atas kepemimpinan nasional. Kedua pemerintahan tidak memiliki hubungan resmi, tetapi dihubungkan oleh perdagangan dan investasi bernilai miliaran dolar.
Sejak itu, Partai Komunis China telah berjanji akan merebut Taiwan, dengan kekuatan jika perlu, meski pulau itu tidak pernah dipimpin oleh Partai Komunis itu.
AS mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taipei ke Beijing pada 1979, tetapi mempertahankan hubungan informal dengan pulau itu. AS diwajibkan oleh hukum federal untuk memastikan bahwa Taiwan memiliki sarana untuk membela diri.
“Kebijakan Satu Cina” atau “One China Policy” yang dijalankan Amerika menyatakan bahwa AS tidak mengambil sikap pada status kedua pihak tetapi ingin agar perselisihan di antara keduanya diselesaikan secara damai. Beijing mempromosikan kebijakan alternatif “Prinsip Satu China” atau “One China Principle,” yang menyatakan bahwa mereka adalah satu negara dan Partai Komunis adalah pemimpinnya.
Anggota-anggota Kongres AS telah secara terbuka mendukung minat Pelosi untuk melawat ke Taiwan meskipun ada tentangan dari China. Mereka tidak ingin terlihat AS menyerah kepada China.
China tidak memberikan rincian tentang bagaimana reaksinya jika Pelosi datang ke Taiwan, tetapi Kementerian Pertahanan negara itu pekan lalu memperingatkan bahwa militer akan mengambil “langkah-langkah tegas untuk menggagalkan campur tangan eksternal.”
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri China mengisyaratkan bahwa “siapa yang bermain api akan terbakar nanti.” [em/ka] [vm/rs]