Ribuan warga sipil melarikan diri dari Raqqa, ibukota kelompok teror ISIS di Suriah, dalam beberapa hari terakhir ketika serangan udara terhadap kota itu semakin intensif.
Tetapi susunan pasukan yang akan melakukan serangan akhir terhadap kota Arab Suni itu tampaknya belum ditetapkan, serta bagaimana kota itu akan diperintah setelah militan ISIS diusir dari sana.
Apakah ini akan dilakukan oleh Pasukan Demokratik Suriah yang Kurdi dan didukung oleh Amerika, atau milisi Arab Suni atau Turkmen? Apakah Turki akan memainkan peranan dengan sekutu milisi Arab Suriah mereka?
Apakah pasukan tempur Amerika ikut serta dalam jumlah besar karena kesulitan taktis yang dihadapi, sebagaimana terjadi dalam ofensif Mosul?
Bulan lalu beberapa ratus marinir Amerika dikerahkan dengan artileri di Suriah utara, dan siap untuk membantu pasukan setempat untuk merebut kota itu, demikian kata pejabat Amerika, yang juga memberi konfirmasi bahwa 1000 tentara tambahan akan dikirim ke Kuwait seandainya dibutuhkan.
Pada titik tertentu selama serangan akhir ini, pasukan Amerika dan Kurdi kemungkinan akan menyingkir dan memberi kesempatan kepada pasukan Bashar al-Assad melakukan ofensif terakhir dan merebut kota itu. Beberapa analis menduga itulah yang sedang dipertimbangkan oleh perencana perang di Pentagon dan penasihat Presiden Trump. [jm]