Majelis Umum PBB akan mengadakan sidang darurat hari Kamis (20/5) atas permintaan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan kelompok negara-negara Arab di PBB, untuk membahas pertempuran antara Israel dan militan Palestina di Jalur Gaza.
Sekitar 12 menteri luar negeri dijadwalkan mengikuti pertemuan tersebut. Ini merupakan pertemuan langsung tingkat tinggi pertama yang diadakan di markas besar PBB di New York sejak pandemi virus corona merebak lebih dari 14 bulan silam. Sekjen PBB Antonio Guterres, yang telah menyerukan penghentian segera pertempuran, juga akan berpidato dalam sidang khusus itu.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas terbang ke kawasan konflik pada hari Kamis (20/5) untuk bertemu dengan para pejabat Israel dan Palestina. Ia menyebutkan kunjungan itu sebagai “pertanda solidaritas dengan rakyat kedua belah pihak yang khawatir akan hidup mereka siang dan malam sementara Israel harus membela diri menghadapi teror roket Hamas.”
“Ini mengenai bagaimana masyarakat internasional dapat berkontribusi untuk mengakhiri kekerasan dan mencapai gencatan senjata yang bertahan lama,” cuit Maas. “Dan kita perlu membicarakan tentang cara membuka jalan kembali ke perundingan perdamaian.”
PM Israel Benjamin Netanyahu hari Rabu (19/5) menolak seruan Presiden AS Joe Biden untuk “mendeeskalasi secara signifikan” dalam serangan bom Israel. Alih-alih, Netanyahu mengemukakan dalam suatu pernyataan bahwa ia “bertekad akan melanjutkan operasi ini hingga tujuannya tercapai.”
BACA JUGA: Netanyahu Tolak Seruan Biden untuk Redakan Ketegangan di GazaNetanyahu mengatakan ia “sangat menghargai dukungan presiden Amerika,” tetapi Israel akan terus maju “untuk memulihkan ketenangan dan keamanan bagi Anda, warga Israel.”
Hingga Rabu malam, korban tewas mencapai 227 di Gaza, di antaranya 64 anak-anak, kata para pejabat kesehatan lokal. Di Israel, pihak berwenang menyatakan ada 12 korban tewas akibat pertempuran itu. [uh/ab]