Sidang Umum PBB dengan suara bulat mengecam invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina, pada Rabu (2/3), dan menyerukan agar Rusia segera menarik pasukannya, di tengah gempuran yang dilakukan oleh pihak militer Moskow di beberapa kota Ukraina lewat serangan udara dan pasukannya di darat.
Dari 193 negara, 181 negara anggota di antaranya ikut memberikan suara. Dari jumlah tersebut, 141 negara mendukung resolusi yang mengecam Moskow dan hanya lima negara yang menentangnya, termasuk Rusia dan sekelompok kecil sekutunya, termasuk Belarus, Suriah, Korea Utara, dan Eritrea. Tiga puluh lima negara memilih untuk abstain, tetapi jumlahnya tidak mempengaruhi suara dua pertiga dari mayoritas yang diperlukan untuk meloloskan sebuah resolusi.
BACA JUGA: Biden: Putin akan Bayar Mahal atas Invasi Rusia“Hasil suara ini mengirim pesan kuat kepada Federasi Rusia,” demikian kata Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya kepada para reporter.
Hampir 100 negara mendukung resolusi tersebut, sebuah kondisi yang mirip dengan apa yang terjadi pada Jumat (25/2) lalu di mana Rusia memveto langkah serupa di Dewan Keamanan PBB sehingga memicu terjadinya penyelenggaraan sidang umum tersebut.
“Pesan dari Sidang Umum ini jelas dan tegas,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada sejumlah wartawan. “Akhiri pertempuran di Ukraina sekarang. Akhiri penembakan sekarang, dan buka pintu untuk dialog dan diplomasi sekarang.
Uni Eropa berjuang keras mempersatukan ke-27 anggotanya dan seluruh masyarakat internasional untuk menentang agresi yang dilancarkan oleh Presiden Vladimir Putin.
BACA JUGA: Kisah Pengungsi Ukraina: Berpisah dari Suami Hingga Ingin Pulang untuk Renovasi Rumah“Pemerintah Rusia semakin terkucilkan. Dunia menyatakan bahwa Rusia harus segera menghentikan agresi, menarik pasukannya, dan mematuhi aturan dari Piagam PBB,” demikian kata Duta Besar Uni Eropa Olaf Skoog setelah pemungutan suara berlangsung. “Rusia memilih agresi, dunia memilih perdamaian.”
Sementara itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menyerukan kepada negara-negara untuk mendukung resolusi tersebut sebelum pemungutan suara dimulai.
“Kini, PBB sedang ditantang,” katanya. “Jika PBB masih memiliki fungsinya, itu adalah untuk mencegah perang, mengutuk perang, menghentikan perang. Itulah tugas kita hari ini. Ini adalah tugas yang harus diemban, tidak saja dari pemerintah pusat tiap negara, namun bagi seluruh kemanusiaan.”
BACA JUGA: Apple Setop Penjualan iPhone di RusiaResolusi itu mengecam deklarasi Rusia pada 24 Februari lalu tentang sebuah operasi militer khusus di Ukraina sekaligus mengecam keras pelanggaran artikel 2(4) dari Piagam PBB oleh pihak Moskow, yang isinya mengatakan bahwa negara anggota harus menghindari penggunaan “ancaman atau kekuatan terhadap integritas teritorial atau kebebasan politik tiap negara lainnya.”
Kyslytsya mengatakan kepada masyarakat internasional bahwa negaranya sedang berjuang atas keberlangsungannya sekaligus melawan mesin militer Rusia.
“Mereka datang ke tanah Ukraina tidak hanya untuk membunuh beberapa dari kami, tidak hanya untuk mengalihkan keberadaan dan prioritas kami. Mereka datang untuk merampas hak kami untuk hidup,” demikian kata Kyslytsya kepada sidang umum PBB. [jm/mg]